"Dari situ kita melihat bahwa gedung-gedung tersebut memang dipertahankan sejarahnya. Dari situ kita mulai tahu bahwa terkait 1 April 1914 dulu itu, bersamaan dengan ada beberapa kejadian-kejadian yang di BI maupun di KPPN. Dari situ kita mulai tahu bahwa ada benang merah, kemudian di KPPN itu semakin jelas bahwa ada kantor residen yang bersamaan dilantik oleh Belanda, bersamaan dengan wali kota" terang Wahyu.
Wahyu juga memiliki sejumlah rencana ke depan untuk memperkuat kembali nilai-nilai sejarah di setiap gedung-gedung tersebut.
Apalagi, saat menyambangi kantor KPPN, ia cukup terkejut dengan perawatan dan fungsional yang benar-benar menjunjung nilai sejarah.
"Pakaian Malangan juga ada di situ (KPPN). Kita akan contoh nanti. Ini semua harus dilestarikan," tandasnya.
Wahyu juga bercerita pengalamannya kembali naik bemo.
Kendaraan itu pernah ia naiki sejak masih sekolah dasar.
Kembali naik bemo mengembalikan ingatan Wahyu dengan masa-masa kecilnya di Kota Malang.
"Saya ingat, pada tahun 1980an, masih ada bemo. Malah saya SD masih ada demo. Biasanya untuk angkutan sayur-mayur di pasar dari Batu. Kadang kala juga dibuat angkutan orang. Enak, tadi suasananya seperti pada saat masih remaja," kelakar Wahyu.
Wahyu naik bemo ditemani oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Erik Setyo Santoso.