Untuk makan sehari-hari, Mbah Mael mengandalkan pemberian warga yang kebetulan melintas.
Setiap hari, ada saja warga yang memberikan makanan dan minuman kepada Mbah Mael.
Pria sebatang kara ini bukannya tak mau bekerja dan hanya berpangku tangan.
Kondisi fisik yang sangat lemah menghambatnya untuk mencari nafkah.
Kakinya pun terasa sakit sehingga tak bisa bergerak leluasa.
"Ya tinggal di sini saja, tidak bisa ke mana-mana," ujar Mbah Mael sambil menebar senyum.
Dirinya berharap ada uluran tangan dari pemerintah maupun orang yang peduli dengan kondisinya tersebut.
"Semoga bisa makan terus. Ada yang bantu, itu saja," kata Mbah Mael.
Saat dikonfirmasi, Dinas Sosial Kabupaten Ogan Ilir berjanji akan menindaklanjuti laporan warga terkait kondisi Mael Alim.
"Baik, akan kami tindak lanjuti. Bapak ini (Mbah Mael) ini pernah kami serahkan ke Panti Sosial tapi beliau minggat."
"Secepatnya kami urus," kata Kepala Dinsos Ogan Ilir, Heriyanto, saat dihubungi terpisah.
Sementara itu, kisah Mbah Marmi (74) yang nangis terharu saat bertemu ibunya, Mbah Wiji, yang berusia 94 tahun, juga jadi sorotan.
Mbah Marmi sendiri 30 tahun hilang dan dikira ibunya meninggal disapu tsunami.
Ibu dan anak ini baru bertemu lagi setelah lebih dari 30 tahun terpisah.
Mbah Wiji adalah warga Dusun Umbut Sewu, Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.