Setelah mendengar fakta itu, Aisah dan suami mengaku sempat tidak percaya bahwa cara kematian anaknya itu bisa tragis.
"Sama Bapak (suami) sempat itu anak (tersangka) didatangi, sempat diinterogasi tapi tidak mengaku, bahkan sudah 10 kali didatangi tetap tidak mengaku," ucapnya.
Suami Aisah, Solihin, menyebut, dirinya sempat melakukan pencarian ke wilayah hutan setelah anaknya dinyatakan hilang.
Baca juga: Perjuangan Sopir Lansia Tidur di Angkot Tak Mampu Sewa Kontrakan, Pendapatan Menurun Drastis di 2024
Ia menuturkan, anaknya itu pamit bersama dua temannya untuk bermain, tapi setelah petang anaknya itu tak kunjung pulang.
"Itu hari Senin tanggal 30 Oktober, dari pengakuan dua temannya itu mereka main ke lapangan voli dan ke warung, hanya sebatas itu pengakuan mereka," ucap Solihin.
Ia menyebut, warga kampungnya kemudian melakukan pencarian ke berbagai wilayah.
Saat itu Sungai Cimanuk tidak jadi sasaran pencarian karena kedua teman korban tidak menyebutkan lokasi tersebut.
"Saya hanya fokus ke hutan, ke kebun saat itu, para tetangga juga membantu mencari sampai begadang," ucap Solihin.
Solihin minta pelaku dihukum setimpal atas perbuatannya. Dia juga meminta adanya penyelidikan lebih lanjut tentang kematian anaknya.
"Hukum yang setimpal, saya tidak ingin ada pelaku-pelaku lain jika hukumannya ringan. Saya takut ada korban lain," ucapnya.
Baca juga: Tidur di Bawah Pohon, Mbah Mael Cuma Beralaskan Kayu & Beratapkan Karung, Makan dari Belas Kasihan
Tidak bisa tidur sejak 2020
Solihin menjelaskan, kondisi itu bermula dari sakit telinga yang dialaminya pada 2020.
Sakit yang menyerang telinganya itu menyebabkan dirinya kesulitan untuk tidur.
"Awalnya dari sakit telinga, berdengung dan berdesir di telinga kanan, itu yang membuat saya tidak bisa tidur dari tahun 2020," ujarnya, Selasa (28/5/2024).
Ia mengaku pernah mendatangi dokter di puskesmas untuk mendapatkan pengobatan, tetapi kondisi telinganya tak pernah membaik.