Bahan-bahan yang digunakan memang tidak untuk dikonsumsi oleh umat muslim
"Kalau yang lain sih mungkin (ada yang beli). Non-halal semua," terang Aris, mengutip Tribun Solo.
Ia sendiri tidak tahu apakah festival akan dibubarkan atau dilanjutkan.
Saat ini, pihaknya masih menunggu kepastian dari penyelenggara.
"Iya sih kita juga nunggu keputusan. Kita juga karyawan, bukan owner. Enggak tahu (kelanjutannya gimana).
Dari EO (yang menyuruh tutup). Makanya ini juga enggak tahu," jelasnya.
Ia pun mengaku telah menyiapkan untuk event ini jauh-jauh hari.
Sejumlah bahan makanan juga disiapkan untuk festival kuliner ini.
"Tentunya udah disiapkan. Sampai tanggal 7," ungkapnya.
Akibat penutupan ini, tokoh Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Sumartono pun khawatir Kota Solo tidak lagi toleran seperti yang dicitrakan selama ini.
"Nanti Solo jadi kota yang tidak ramah lagi. Kita jaga bareng-bareng mewujudkan toleransi," jelasnya.
Ia pun mengungkapkan, event serupa sudah beberapa kali diadakan.
Namun baru kali ini festival kuliner non halal diprotes.
"Ini yang kedua. Dulu sudah pernah. Sebelum ini di Sukoharjo sempat ada dua minggu.
Kalau saya berpegang kebhinekaan di Kota Solo, toleransi harus semakin kita tingkatkan untuk masyarakat Kota Solo," terangnya.