Berita Madiun

13 Tahun Mengajar di Daerah Terpencil, Guru SMP Ikhlas Digaji Sama Tanpa Insentif: Kasihan Anak-anak

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah guru selama 13 tahun ikhlas mengajar di sekolah terpencil

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah seorang guru yang ikhlas selama 13 tahun mengajar di daerah terpencil.

Meski harus berkorban dan berjuang, sang guru mengaku digaji sama tanpa insentif.

Hal itu dijalani guru bernama Dian Widiawati (40).

Dian Widiawati menjadi contoh beratnya perjuangan guru mengajar di daerah terpencil Madiun.

Tepatnya di SMPN Satu Atap Gemarang yang berlokasi di Dusun Tungu, Desa Batok, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Sekolah ini diketahui berada di lereng Gunung Wilis.

Jika dilihat lewat aplikasi peta digital, jarak SMPN Satu Atap Gemarang dengan Caruban mencapai 35 menit.

Sementara jarak dari Kota Madiun, dibutuhkan waktu selama sejam dengan mengendarai sepeda motor.

Waka Kesiswaan SMPN Satu Atap Gemarang ini menceritakan suka dukanya selama mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 2011.

"Awal penempatan di sini saya sempat mengeluh, tapi itu manusiawi," ujar Dian, Selasa (30/1/2024).

"Namun akhirnya seiring berjalannya waktu, saya jalani semuanya," imbuhnya.

Keluhan tersebut dialami lantaran Dian bukanlah warga asli Kabupaten Madiun.

Ibu dua anak tersebut diketahui berasal dari Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk.

"Rumah saya Nganjuk, saya pulang pergi setiap hari, kurang lebih lama perjalanan sekitar satu jam. Karena sering lewat, saya sampai hafal jalan mana yang berlubang," tutur Dian.

Baca juga: Penyelamat Asniati Pensiunan Guru Akhirnya Tak Jadi Kembalikan Rp 75 Juta, Kini Cuma Minta Dihargai

Tidak mudah bagi Dian melewati akses jalan kecil di kaki pegunungan.

Bahkan pernah ban sepeda motor yang ia tumpangi bocor di tengah perjalanan.

"Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB. Sampai di sekolah 07.30 WIB."

"Pernah bocor, karena tidak ada tambal ban saya menuntun, alhamdulillah saat itu ditolong teman saya memanggil montir," kenang Dian.

Dirinya mengungkapkan, pendekatan yang dilakukan selama ini antara lain memahami kultur budaya lingkungan sekitar.

Ia juga berkenalan dengan murid maupun wali murid.

Perlahan-lahan, lanjut Dian, muncul ikatan batin yang kuat.

Bahkan ibu dua anak ini juga muncul pemikiran yang berbeda.

Dian tak tega meninggalkan sekolah tempat ia mengajar, meski letaknya terpencil.

"Jika seandainya meninggalkan sekolah ini, timbul kasihan untuk anak-anak, tentang kebutuhan pendidikan mereka nanti gimana. Karena rumah mereka jauh," ucapnya.

Waka Kesiswaan Dian Widiawati (40), menunjukkan jumlah pendaftar PPDB Online di SMP Negeri Satu Atap Gemarang Kabupaten Madiun, Senin (1/7/2024). (TribunJatim.com/Febrianto Ramadani)

Menurutnya, jumlah total murid dari kelas 7 sampai dengan 9 sebanyak 23 siswa, sedangkan jumlah guru hanya enam orang.

Otomatis, mau tidak mau ia harus merangkap jabatan.

"Saya merangkap dari Waka Kurikulum, guru IPA, sama Operator PIP."

"Kalau gaji jumlahnya sama, tidak ada insentif tambahan," terangnya.

SMPN Satu Atap Gemarang, lanjut Dian, sudah berdiri sejak tahun 2007.

Jumlah peserta didik paling banyak yang dimiliki sekolah tersebut hanya sekitar 50 siswa, pada tahun ajaran 2012/2013. 

Jumlah itu pun terus menyusut dari tahun ke tahun, seiring hilang atau berkurangnya fasilitas yang ada di sekolah tersebut. 

"Saya yakin semua bapak ibu guru yang baru ditempatkan sini, pasti akan merasa keberatan."

"Tapi karena sudah merasakan bertahun-tahun, akhirnya ya sudah kayak menyatu dengan masyarakat sama anak-anak sini," kata Dian.

Dian berpesan, jika naluri sebagai seorang guru sudah terketuk, ditempatkan dimanapun akan berusaha menjalankan semuanya dengan ikhlas.

"Lambat laun pasti menemukan sesuatu hal yang tertancap di dalam benak pribadi."

"Lalu untuk anak anak, motivasi lebih ditingkatkan, bahwasanya manfaatkan kesempatan untuk sekolah demi memenuhi kebutuhan pendidikan demi meraih cita cita setinggi mungkin," pungkasnya.

Suasana kegiatan belajar mengajar SMPN Satu Atap Gemarang, Selasa (30/1/2024). (TribunJatim.com/Febrianto Ramadani)

Sementara itu, SMPN Satu Atap Gemarang kini hanya mendapatkan empat murid pada PPDB 2024.

Padahal jumlah pagu yang disediakan sebanyak 32 pendaftar.

Rinciannya, empat murid tersebut antara lain dua pendaftar dari jalur zonasi, dan dua pendaftar merupakan jalur afirmasi.

Dengan kata lain, jumlah peserta didik kali ini tak lebih dari 10 orang.

Kepala Sekolah SMP Negeri Satu Atap Gemarang, Bambang Sugiarto mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab minimnya calon siswa mendaftar.

Antara lain, letak geografis sekolah berada di pelosok, serta memakan jarak tempuh yang jauh.

"Sekitar sekolah dekat dengan MTs Miftahul Ulum Batok," kata Bambang, Senin (1/7/2024).

"Sebagian besar pendaftar lebih memilih SMPN 1 Gemarang, SMPN 2 Gemarang, dan MTs, untuk melanjutkan sekolah jenjang berikutnya," imbuhnya.

Pihaknya mengaku mengalami kendala saat PPDB dilakukan secara online.

Jaringan selalu mengalami masalah hingga kurangnya pengetahuan teknologi dari orang tua maupun wali murid. 

Baca juga: Orang Tua Protes Uang Tabungan Siswa SD Mencapai Rp 516 Juta Tak Kunjung Cair, Ancam Jalur Hukum

"Terpaksa calon peserta didik yang berminat mendaftar di SMPN Satu Atap, harus datang sekolah minta bantuan buat didaftarkan."

"Apalagi, jalur zonasi kami kesulitan karena tidak punya zona penyangga," jelas Bambang kepada TribunJatim.com.

Bambang mengungkapkan, pada tahun lalu hanya mendapatkan empat murid.

Namun seiring berjalannya waktu, ada tambahan murid melalui mutasi dari sekolah lain.

"Kami tetap berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan SMPN Satu Atap."

"Dengan tetap menerapkan mutu belajar sesuai standar pendidikan, meningkatkan kedisiplinan tenaga pendidik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas," tegas Bambang.

Dirinya berharap, semoga ada siswa yang mendaftar bisa meningkatkan prestasi dan mengangkat popularitas SMP Negeri Satu Atap Gemarang.

"Kami punya nama baik, bukan hanya untuk sekolah, tapi juga warga sekitar," ucap Bambang.

Suasana kegiatan belajar mengajar kelas 7 SMPN Satu Atap Gemarang, Kabupaten Madiun (TribunJatim.com/Febrianto Ramadani)

Bambang mengakui, sepinya pendaftar siswa baru tidak hanya terjadi kali ini saja.

Setahun yang lalu, SMPN Satu Atap Gemarang juga hanya mendapatkan empat siswa baru.

Sementara total siswa yang bersekolah di SMPN Satu Atap Gemarang hanya ada 20 orang saja.

Hanya setelah tahun berjalan, terdapat tambahan enam hingga delapan siswa pindahan dari sekolah lain.

"Dibandingkan tahun lalu, kemarin juga empat orang."

"Setelah ganti tahun ada tambahan menjadi enam hingga delapan siswa," tutur Bambang.

Berita Terkini