Sri Aminah pun pasrah tinggal di rumah tersebut karena sudah dari dulu kondisinya seperti itu.
"Sudah sejak dulu tinggal di sini, kondisinya memang begini. Jadi, ada yang tinggal di atas dan kamar. Kalau saya tidur cuma ngampar di ruang tengah," katanya, melansir Tribun Jabar.
Dengan kondisi itu, tentu banyak keterbatasan yang dirasakan oleh masing keluarga.
Seperti harus tidur berdempetan hingga ke kamar mandi bergantian.
Namun mereka tetap bertahan karena keterbatasan ekonomi.
Masing-masing kepala keluarga yang tinggal di rumah ini hanya bekerja serabutan.
Sehingga mereka tak mampu untuk merenovasi karena pendapatan pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
"Rumah ini sudah tua, kadang bocor, ingin direnovasi, tapi enggak punya uang," ucap Sri.
Bahkan kebutuhan air bersih untuk mandi dan minum pun, kata dia, selama ini hanya mengandalkan sumber air bersih yang disediakan pihak RW.
Dan itu pun lokasinya cukup jauh dari rumah tersebut.
Sri mengatakan, untuk mengangkut air tersebut hanya menggunakan jerigen dan galon bekas.
Lantaran selama ini ia dan kepala keluarga yang lain tak mampu membeli pipa atau membuat bak mandi.
"Mending angkut pakai galon karena enggak ada uang untuk beli pipa," katanya.
Serupa dengan Sri Aminah, kisah satu keluarga sudah lima tahun tinggal di toilet umum di Sulawesi Tenggara juga membuat miris.
Udin bersama istri dan anak-anaknya tinggal di toilet umum di Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton.