Pada suatu kesempatan, tank-tank Israel mengepung gedung tempat mereka tinggal dan melepaskan tembakan.
Baca juga: Kisah Bayi Lahir dari Ibu yang Tewas di Palestina, Selamat Diserang Israel Bersama Ayah: Keajaiban
Alaa, putra-putranya, dan sekitar 25 orang lainnya yang berada di dalam melarikan diri melalui lubang ketika sebuah peluru menghantam gedung pada awal perang.
Namun saat itu tengah musim dingin dan Alaa sedang hamil delapan bulan.
Dia berjalan ke arah timur selama empat jam dalam cuaca dingin bersama anak-anaknya untuk menghindari tank.
Saat itu, suaminya sedang berada di tempat lain bersama ibunya yang sudah lanjut usia, yang mengalami kesulitan berjalan.
Alaa, putra-putranya, dan orang-orang di gedung tersebut mengambil jalan memutar untuk mencapai Kota Tua, di mana mereka berlindung di sebuah toko dekat masjid sampai situasi aman untuk kembali.
Alaa sangat berharap perang akan berakhir sebelum dia melahirkan.
"Saya tidak pernah membayangkan akan melahirkan selama perang," katanya.
Dia berada di rumah saudara iparnya ketika dia pertama kali merasakan nyeri persalinan.
"Saya mencoba membohongi diri sendiri," tuturnya, dengan bersikeras bahwa dia tidak akan melahirkan. Namun rasa sakitnya semakin parah.
Saat itu sudah lewat jam 10 malam pada bulan Januari yang basah dan dingin, dan Alaa dapat mendengar suara bom Israel yang mendarat di dekatnya.
Dia menelepon ibu dan saudara perempuannya yang tinggal di dekatnya sementara suaminya pergi mencari mobil untuk membawanya ke rumah sakit.
Alaa menunggu di jalan.
Proses persalinannya berlangsung cepat, namun karena kekurangan bahan bakar dan jam kerja yang larut, Abdullah tidak dapat menemukan mobil, dan jaringan komunikasi terlalu lemah untuk memanggil ambulans.
Alaa berdiri di pinggir jalan sambil berteriak minta tolong.