Dia ingat berdoa dan berpikir: “Tolong, Tuhan, jangan sekarang. Saya ingin berada di rumah sakit,” Dia takut akan nyawa bayinya.
Namun saat suaminya kembali, dia sudah melahirkan.
Ibu dan saudara perempuannya juga datang, berlari ke arahnya karena terkejut.
Abdullah memegang kepala putrinya dengan tangannya dan berteriak meminta gunting untuk memotong tali pusar, yang dibawa oleh sepupunya yang datang bersama saudara laki-laki Alaa dari peralatan medis.
Putus asa mencari perawatan medis untuk istri dan putrinya yang baru lahir, Abdullah akhirnya berhasil menemukan mobil untuk membawa mereka ke rumah sakit bersalin yang berjarak 5,5 km.
Alaa naik bersama bayinya dan ibunya, sementara suami dan saudara lelakinya berlari mendahului mereka. Namun mobil itu berhenti setelah hanya beberapa meter. Itu kehabisan bahan bakar.
"Jalanan di sekitar saya benar-benar gelap. Tidak ada seorang pun yang terlihat," kenang Alaa.
"Sepupu saya menggendong bayi perempuan itu, membungkusnya dengan mantel untuk menahan dingin, dan berjalan cepat di depan kami, mengkhawatirkan nyawanya. Dia membimbing kami dengan senter di ponselnya, sambil berkata, Belok kanan, lalu kiri untuk memandu kami," jelas dia.
Alaa berdarah. Ibu dan saudara perempuannya berjalan di sampingnya sambil menangis.
"Ibuku berjalan di tengah jalan sambil berteriak, 'Tolong, apakah ada orang? Apakah ada mobil untuk membawa kita? Tolong, kami memiliki bayi perempuan yang baru lahir dan ibunya baru saja melahirkan," ungkapnya. Tapi tidak ada jawaban.
Mereka berjalan sekitar satu jam sebelum menemukan minibus yang akan membawa mereka ke rumah sakit.
"Kami masuk ke dalam mobil, menangis karena gembira dan takut," ucap Alaa.
Di depan pintu rumah sakit, seorang dokter telah menunggu, diberitahu oleh suami Alaa dan saudara laki-lakinya yang telah datang sebelum mereka.
Israel akui terowongan buatan Hamas rumit
Terowongan yang dibuat Hamas membuat bingung tentara Israel.