"Karena di kota lain untuk menjadi kota inklusif harus ada pengawalan khusus terutama terhadap disabilitas," sarannya.
Baca juga: Atlet Difabel Kota Mojokerto Berhasil Raih Dua Medali Emas dan Dua Perak di Peparprov Jatim 2024
Dimas mengaku beberapa kali merasakan pelayanan yang kurang memuaskan terhadap disabilitas saat masuk ke beberapa instansi di Pamekasan.
Akibat kejadian ini, dia tidak ingin citra baik Imigrasi Pamekasan menjadi buruk.
Dia meminta Imigrasi Pamekasan agar memperbaiki pelayanan khusus disabilitas.
"Harapan saya ayolah kota Pamekasan ini buat menjadi kota inklusif, seperti kota lain."
"Kalau memang di situ sudah ditetapkan bahwa pemohon berpakaian tidak rapi dan bercelana pendek tidak boleh masuk kita tidak masalah, kita akan ikuti prosedur yang ada karena kita juga warga Indonesia dan patuh terhadap aturan," tegasnya.
Kisah 3 Lansia Difabel Tinggal Bersama
Kisah tiga lansia bersaudara yang semuanya difabel sempat menjadi sorotan.
Mereka tinggahl jauh di pelosok Lembang Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan, Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Ketiganya yakni Misi' (60), kehilangan penglihatannya 15 tahun lalu, Bongi (57) tuna wicara sejak lahir, dan Seba (55) yang juga tuna wicara.
Ketiganya hidup di satu rumah di atas bukit Lembang Randan Batu.
Mereka saling menopang untuk bertahan hidup meski kehilangan penglihatan dan bisu.
Tokoh Gereja Katolik Stasi Santo Lucas Penara, Matius Pangala mengatakan, ketiganya telah lama hidup terisolir.
"Masih ada saudara kandungnya tinggal di sekitar rumah, cuma sudah lansia juga," ungkap Matius saat dikonfirmasi di Lembang Randan Batu, Makale Selatan, Tana Toraja, Minggu (21/7/2024) siang.
Adapun kediaman yang mereka tinggali, belum lama ini selesai direnovasi.