"Saat berganti ke Presiden Habibie, itu mulai ada cipika-cipiki (cium pipi kanan-cium pipi kiri, red.).
"Udah mulai pakai peci dan cipika-cipiki.
"Dan mulai ada pesta di kebun, itu saat Presiden Habibie," kata Yuni Shara.
Aura berganti lagi ketika masa pemerintahan Presiden Gus Dur atau Abdurrahman Wahid.
"Kemudian saat Presiden Gus Dur, kita lebih santai.
"Nggak sekaku itu dan warnanya jadi ganti hijau (lebih rileks, red.).
"Kalau dulu sebelumnya kan merah merah (tegang, red.) gitu.
"Ini hijau, terus ramai gitu ini istana semua orang kayaknya boleh masuk waktu itu," cerita Yuni Shara.
Yuni Shara mengakui bahwa perubahan aura ini terjadi lantaran sikap Gus Dur yang terbuka dan apa adanya.
Serta sikap Gus Dur yang memandang tiap orang punya derajat yang sama, tak ada kelas yang membedakan.
Lalu bagaimana dengan masa pemerintahan presiden wanita Indonesia, Megawati Soekarnoputri?
"Kemudian berganti ke Ibu Megawati, ganti angker lagi, merah lagi," ujar Yuni Shara sembari tertawa.
"Saat Bapak SBY, merah, lebih soft mungkin karena Pak SBY agak kayak Pak Harto sih waktu itu.
"Ibu (Ani Yudhoyono, red.) sangat berperan juga, sering menyapa," kata Yuni Shara soal pemerintahan SBY.
Berpindah ke era pemerintahan Jokowi, Yuni Shara mengakui bahwa sosok Iriana Jokowi justru merupakan pribadi yang paling pemalu di antara ibu negara lainnya.