Banyak suka duka yang dijalaninya selama menjalani sebagai penjual es potong.
Lelaki tiga anak ini mengaku, banyak pelanggan yang seakan telah menjadi saudara.
Sedangkan kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP menjadi salah satu cerita dukanya.
"Saya jalani semua dengan ikhlas, karena ya jadi kayak risiko orang berjualan seperti ini," ucap Mbah Samsuri, melansir Kompas.com.
Disampaikannya, satu kotak kayu yang berada di kursi boncengan belakangnya, tidak sampai habis dalam sehari.
Hal ini berbeda dengan kondisi sekitar 30 tahun silam.
"Dulu itu ramai pas harga es itu antara Rp50 sampai Rp100, bisa habis satu kotak. Kalau sekarang sulit untuk habis," ungkap Mbah Samsuri.
Baca juga: Meski Stroke, Mbah Husen Tetap Keliling Jalan Kaki 25 Km Jualan Sapu, Cuma Dapat Untung Rp5 Ribu
Sekarang ini, harga es potong ditawarkan mulai Rp2.000 dan seterusnya.
Uang yang diperoleh tersebut akan disetorkan ke majikan yang membuat es potong.
"Upah saya selalu saya simpan untuk dibawa nanti pas pulang," katanya.
Sebenarnya, Mbah Samsuri sudah dilarang untuk berjualan oleh anak-anaknya.
Namun dirinya masih kuat dan tidak mau menggantungkan kehidupannya untuk dirinya dan istri.
"Saya tidak tahu sampai kapan akan berhenti, mungkin kalau saya sudah tidak mampu lagi ya," katanya polos.
Sedangkan Purworejo, bagi Mbah Samsuri, adalah kota keduanya setelah Klaten yang menjadi kampung halaman.
Sampai saat ini pun, anak dan istri Mbah Samsuri berada di Klaten.