Berita Viral

Makam Habib Palsu Dibongkar Warga, Bangunan Megah Kini Hancur, Sang Pemilik Pasrah Tak Melawan

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan makam habib palsu yang dihancurkan warga

Dijelaskannya, pembongkaran makam tersebut dilakukan untuk menghindari pembelokan sejarah.

Pasalnya banyak orang meragukan makam tersebut sebagai makam ulama dan wali di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng).

Selama dua tahun ini, setidaknya ada sebanyak 78 makam yang berada di perbatasan Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, yang akhirnya dibongkar.

Puluhan nisan yang berada di Kali Cuthang tersebut diklaim sebagai makam fiktif dan tidak dapat diakui sebagai penemuan yang sah secara ilmiah.

"Untuk membuktikan itu, kita terjunkan tim melakukan serangkaian penelusuran dan interpretasi atas fakta-fakta yang ada."

"Namun kami tidak menemukan bukti konkret yang mendukung bahwa di situ pernah tinggal atau dijadikan sebagai makam ulama," ungkap dia.

Ia menjelaskan, penemuan makam tersebut awalnya dibangun di tanah ilalang yang berstatus tanah GG, milik desa pada tahun 2022 lalu.

Penemuan puluhan makam ini hanya lewat informasi dari beberapa tokoh masyarakat melalui pendekatan spiritual, tanpa didukung kajian ilmiah dan bukti kesejarahan yang ada di sekitar lokasi.

Sekelompok orang yang sedang melakukan pembongkaran makam diduga fiktif di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo (TikTok)

"Kami tidak menemukan bukti sejarah berupa artefak, catatan sejarah, atau dokumen kuno yang bisa mendukung klaim bahwa makam tersebut merupakan situs cagar budaya," ucapnya.

Dalam proses penelusuran, tim menemukan adanya ketidaksesuaian terkait jumlah makam dan nama-nama yang tercantum. 

Selain itu, tidak ada sumber silsilah yang jelas mengenai nama-nama yang didaftarkan.

Lalu waktu pemakaman tokoh-tokoh tersebut juga tidak diketahui secara pasti.

"Pemberian rekomendasi dari sejumlah tokoh hanya didasarkan pada informasi yang tidak lengkap."

"Bahkan beberapa tokoh meminta agar nama mereka dicabut dari daftar pemberi rekomendasi," tambahnya.

Penemuan secara spiritual hanya dapat dianggap sebagai kebenaran subjektif, bukan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 

Halaman
1234

Berita Terkini