Haji Amat pun biasa mengenakan jubah dan kopiah putih.
Dagangan bubur yang dijualnya merupakan resep sendiri buatan istrinya.
Meskipun hanya berjualan bubur, hasil penjualan yang ia dapat masih mencukupi kehidupannya.
"Biasanya kalau habis semua sekitar Rp300 ribu. Sehari paling rendah Rp200 ribu," ungkapnya.
Untuk menambah penghasilan, Haji Amat juga menjual ayam kampung dan telur ayam sebagai pekerjaan sampingan.
Baca juga: Meski Usianya 80, Abah Yudin Masih Kuat Jualan Keripik Gendar Sehari Dapat Rp75 Ribu, Pengin Pensiun
Sebelumnya ia juga sempat berjualan dodol dan sayuran keliling.
Dari kerja keras dan semangatnya itu, Haji Amat berhasil menyekolahkan tiga anaknya.
Anak pertamanya kini bekerja di RSUD Natuna dan sudah menikah.
Anak perempuan keduanya juga telah menikah dan bekerja sebagai guru SD di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
"Anak saya yang ketiga laki-laki tamatan SMK. Alhamdulillah sudah bekerja," ujar Haji Amat.
Haji Amat juga menunaikan rukun Islam kelima dengan melaksanakan ibadah haji tepatnya pada 2008.
Keberangkatannya ke Arab Saudi setelah menjual salah satu tanah miliknya di Ranai.
Ia berharap bubur yang dijual tidak hanya membawa keberkahan baginya tetapi juga kepada pembeli.
"Untuk itu saya selalu mendoakan setiap orang yang membeli dagangan saya," pungkasnya.
Sementara itu kisah lainnya, orangtua bertemu anaknya setelah 8 tahun.