Berita Viral

Sudah Lunasi Rp 990 Juta, Gunawan Gigit Jari Tak Kunjung Tempati Rumah Mewah, Pembangunan Mangkrak

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sudah Lunasi Rp 990 Juta, Gunawan Gigit Jari Tak Kunjung Tempati Rumah Mewah, Pembangunan Mangkrak

TRIBUNJATIM.COM - Gunawan (30) merupakan satu di antara korban proyek pembangunan perumahan mewah yang kini mangkrak.

Perumahan mewah itu berada di kawasan Bandung Utara (KBU), Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, bernama Pramestha Mountain City.

Kerugian konsumen atas mandeknya pembangunan perumahan di dataran tinggi Dago ini ditaksir mencapai Rp 1 triliun.

Ada 184 konsumen yang sudah memesan hunian mewah dengan harga ratusan juta rupiah hingga Rp 3 miliar per unit sejak tahun 2017.

Puluhan konsumen kemudian membentuk sebuah paguyuban bernama Paguyuban Korban Penipuan Pramestha Dago untuk menuntut hak mereka.

“Total ada 184 konsumen. Kalau dirata-rata pakai angka Rp 1 miliar per unit rumah, antara yang sudah lunas dengan yang masih berjalan cicilan KPR, atau yang baru bayar DP dikali 184 mungkin, ditotal kerugian bisa hampir Rp 1 triliun," ungkap Ketua Paguyuban, Alfons Kurniawan saat ditemui di lokasi, Senin (8/10/2024), melansir dari Kompas.com.

“Milik saya Rp 3,2 miliar, tapi bangunannya setengah jadi pun enggak. Bahkan para tukang-tukangnya enggak dibayar. Bangunan kami akhirnya terbengkalai,” ujar Alfons.

Alfons menjelaskan, pembangunan telah dimulai pada 2017 dan developer menjanjikan rampung dalam waktu paling lama dua tahun.

Namun, ternyata mangkrak sampai saat ini.

Tidak sedikit konsumen yang sudah melunasi pembayaran, tapi mereka belum juga bisa menempati hunian yang dijanjikan.

Baca juga: 5 Gedung Mangkrak Peninggalan Bisnis Keluarga Cendana, Ada Hotel Mewah Kini Jadi Tempat Wisata Horor

Seperti Gunawan asal Kota Bandung.

Gunawan mengatakan, sengaja membeli rumah di Pramestha Mountain City untuk hunian pribadi pada 2018 seharga Rp 990 juta.

Gunawan yang sudah melunasi pembayaran rumah, kini kebingungan harus tinggal di mana.

Mau tak mau, dia harus serumah dengan orangtuanya menunggu proses hunian yang sudah dia lunasi selesai.

“Kita dijanjikan hunian yang mewah, dengan pemandangan dan udara yang asri, proses pembangunannya juga cuma dua tahun. Tapi sampai sekarang kita malah gigit jari,” tutur Gunawan.

Halaman
123

Berita Terkini