Sri tidak tahu persoalan apa yang terjadi antara anggota TNI dan warga.
Awalnya dia menduga anggota TNI tersebut adalah kelompok begal.
Dia baru tahu mereka adalah anggota TNI setelah mendengar dari warga lain.
Meski tidak tahu persoalan, namun Sri tetap dianiaya.
Dia ditendang hingga terpental ke parit, dan mengalami luka di perut, paha, serta tangan.
Baca juga: Kementan Tegas Petani Seharusnya Tak Bayar Uang Rp3 Juta, Traktor Bantuan dari Pemerintah Gratis
Sri akhirnya melarikan diri ke rumah warga melihat tentara yang mengamuk.
Ia melihat para prajurit TNI membawa parang, samurai, balok kayu, hingga dobel stik.
Mereka mendobrak pintu sejumlah rumah, menyeret warga keluar dari rumah, lalu menganiaya mereka.
Lampu jalan dimatikan, warga juga dilarang memegang ponsel.
"Kalau ada yang memegang HP, kami matikan. Selamatkan keluarga kalian masing-masing!" begitu teriakan yang didengar Sri dan warga lain.
Warga yang mencoba bertanya atau berbicara langsung didatangi anggota TNI lalu dipukul atau disuruh diam.
"Saya sangat ketakutan malam itu. Saya belum berani bekerja sampai hari ini," kata Sri yang merupakan pekerja harian lepas di kilang kayu.
Selain itu, para pelajar mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), juga ketakutan berangkat ke sekolah.
Bahkan mereka sebagian terpaksa bolos sekolah karena melihat langsung kebengisan personel TNI dari Batalyon Armed mendobrak pintu rumah mereka, menyeret warga, lalu menyiksa hingga tewas atau luka-luka.
Binawanti selaku Kepala Dusun (Kadus) Dusun III, Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, mengungkap, para pelajar ketakutan imbas kejadian tersebut.