Lagu Inggris, "We Wish You a Merry Christmas," yang diperkenalkan pada tahun 1500-an, juga menggunakan frasa populer.
Istilah Merry Chirstmas semakin populer di tahun 1843 dengan terbitnya buku berjudul A Christmas Carol Karya Charles Dicken's.
Pada tahun yang sama istilah "Merry Christmas" muncul di kartu Natal pertama yang dijual secara komersil sehingga popularitas kata ini semakin meningkat.
Baca juga: 35 Ucapan Natal 2024 yang Penuh Doa dan Harapan, Cocok Dibagikan ke Media Sosial atau Medsos
Sejarawan percaya itu mungkin bermuara pada pelajaran tata bahasa yang sederhana.
"Happy" adalah kata yang menggambarkan kondisi emosi batin, sedangkan "Merry" lebih merupakan deskripsi perilaku—sesuatu yang aktif dan bahkan mungkin parau.
Pertimbangkan, misalnya, tindakan "bersenang-senang (merry-making)" dengan semangat bebas versus keadaan hanya "menjadi bahagia (being happy)."
Karena kedua kata tersebut berevolusi dan berubah makna dari waktu ke waktu, orang perlahan-lahan berhenti menggunakan "merry" sebagai kata tersendiri selama abad ke-18 dan ke-19.
Itu terjebak dalam frasa umum seperti "semakin banyak, semakin meriah (the more, the merrier),"
Serta dalam hal-hal seperti lagu dan cerita Natal, sebagian besar karena pengaruh Charles Dickens.
Natal Victoria melanjutkan untuk mendefinisikan banyak tradisi Natal hari ini.
Tidak heran jika sekarang ketika kita mendengar "Merry Christmas" kita mendengar sesuatu yang sentimental.
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com
Berita seputar Natal 2024 lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com