Berita Viral

Ayahnya Tukang Tambal Ban, Alfian Mahasiswa Tunanetra Bangga Bisa Lulus S2: Satu-satunya di Keluarga

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ayahnya Tukang Tambal Ban, Alfian Mahasiswa Tunanetra Bangga Bisa Lulus S2: Satu-satunya di Keluarga

Alfian pun membuktikan komitmennya, saat ini ia aktif menyebarkan isu tentang disabilitas di media sosial.

Dengan itu, ia berharap kesadaran masyarakat terhadap kelompok berkebutuhan khusus dapat meningkat. 

“Yang saya lakukan saat ini adalah bagaimana saya menularkan isu-isu disabilitas melalui sosial media dan itu harus dilakukan dengan bahagia. Disabilitas itu harus bahagia,” ungkapnya. 

Tak hanya itu, Alfian juga menghimbau seluruh hadirin pada momen wisuda untuk senantiasa berkontribusi bagi negara. 

“Semoga kita bersama-sama menjadi insan yang excellent with morality dan bisa berkontribusi pada negara dengan apa yang kita miliki,” pungkas Alfian.

Kisah di Madura

‘Seburuk apapun kita sebagai orang tua, mereka akan selalu siap menjadi anak-anak terbaik generasi bangsa’.

Begitulah ungkapan pertama kali yang terlontar dari mulut perajin batu akik, Muallam (43), begitu mengetahui upaya pengajuan beasiswa anaknya, Husni Mubarok (18) melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah tidak membuahkan hasil.

Husni, warga Desa Lantek Timur, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan dinyatakan lulus Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2024 di Universitas Trunojoyo Madura (UTM).

Perasaan bangga, haru, dan was-was pun seketika menjalari seluruh nadi Muallam yang berpenghasilan tidak menentu dari hasil membuat dan menjual batu akik. Bahkan untuk memiliki sebuah mesin gerinda duduk, ia harus memodifikasi mesin pompa air bekas.

“Saya memberanikan diri menuliskan angka 500 ribu rupiah per bulan dalam kolom pernyataan profil ekonomi keluarga untuk kebutuhan UKT (Uang Kuliah Tunggal),” ungkap bapak dengan dua anak itu saat menerima Tribun Madura di rumahnya, Minggu (7/7/2024) sore.

Bagi Muallam dengan latar pendidikan lulusan SMP dan tinggal di pelosok Kabupaten Bangkalan, lingkungan pembelajaran di perguruan tinggi dengan berbagai kebutuhannya merupakan perihal yang awam.

Ia mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa selanjutnya besaran biaya kuliah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan anak saya lulus sebagai sarjana.

Namun ia tetap bertekad memberikan ruang seluas-luasnya kepada putra sulungnya, Husni hingga meraih gelar sarjan meski tanpa beasiswa KIP.     

“Alhamdulillah, anak saya (Husni) diterima di UTM. Kemarin itu saya mengajukan KIP ke UTM tetapi tidak diterima, tidak apa-apa, tidak masalah diterima dengan UKT sebesar 2.250.000 rupiah. Saya tetap berusaha hingga anak jadi orang sukses, semoga dengan saya bekerja seperti ini, anak saya tetap bisa lulus bahkan bisa melanjutkan ke S2,” tegas Muallam.

Halaman
123

Berita Terkini