Syahruna juga mengaku pabrik uang palsu berada di perpustakaan UIN Makassar.
"Dikasih peredam agar nggak kedengeran. Jendela semua ditutup," timpalnya.
Syahruna menguraikan, produksi uang palsu dimulai dari jam 11.00 menjelang siang hingga 17.00 sore.
Seminggu sebelum terbongkar, pabrik semakin menggenjot produksinya.
Bahkan, Syahruna harus lembur hingga pagi.
Para pencetak uang palsu ini diperintahkan agar bekerja sesuai jam kantor.
Mereka takut ketahuan karena ada sekuriti yang patroli secara rutin.
Ditambah, saat produksi mesin mengeluarkan suara sehingga bisa menimbulkan kecurigaan.
Baca juga: Polri Bakal Kembalikan Uang Rp2,5 M Hasil Palakan Polisi ke Penonton DWP, IPW: Merosot Kepercayaan
Gunakan mesin cetak khusus
Belakangan terungkap, mesin pencetak uang palsu di UIN Makassar berasal dari China.
Mesin dibeli dengan harga Rp 600 juta.
Syahruna menyebut, mesin memiliki tingkat presisi yang tinggi dibandingkan mesin cetak pada umumnya.
"Tingkat presisi lebih tinggi, lebih akurat. Cuma sayangnya saya belum sempat mahir untuk mempergunakan," sesalnya.
Ada pesanan untuk Pilkada 2024
Syahruna bisa mengoperasikan mesin pencetak uang palsu secara otodidak.