Sehari-hari, korban tinggal di rumah pelaku, termasuk makan dan tempat tidur sudah ditanggung oleh pelaku.
Sementara itu, pekerja sosial (peksos) dari Kementerian Sosial, Faroha menerangkan, pada proses assessment ke korban, seluruhnya tidak ada yang mengaku ke orang tua bekerja sebagi pelayan Warung Kopi Cetol.
"Dari keterangan salah satu anak, ia tidak mengatakan secara langsung ke orang tuanya," ujarnya.
Rata-rata korban mengambil pekerjaan tersebut karena terhimpit ekonomi.
Faroha menyebutkan, satu di antaranya untuk membantu ayahnya yang bekerja serabutan.
"Mereka dari kalangan orang tidak mampu. Kemudian putus sekolah dan ikut bekerja di Kopi Cetol," terangnya.
Saat ini, kondisi korban masih trauma, karena beberapa waktu lalu saat dilakukan penggerebekan oleh petugas gabungan sempat viral.
"Ada yang trauma (korban), tapi kami belum ketemu semua. Kondisinya memang takut dan masih trauma, soalnya beritanya viral. Jadi mentalnya kena," urainya.
Untuk memulihkan trauma, kini dilakukan pendampingan psikologi dari Polres Malang bersama Dinas Sosial dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com