Selain belajar dari warga asing, sebelumnya Supandi gemar mendengarkan radio berbahasa Inggris.
Ia mengaku sejak kecil mendengarkan radio berbahasa Inggris seperti BBC London hingga Rusia.
"Dulu kan waktu kecil ada radio SW, suka ada Bahasa Inggris, BBC London, Rusia, saya suka walaupun tidak paham," ujar Empan.
"Bapak hanya mengandalkan pengetahuan yang didengar dari radio, kan harus ada grammar?," tanya Dedi Mulyadi.
Diakui Supandi saat mendapat tawaran mengajar Bahasa Inggris awalnya ia menolaknya. Ia merasa kemampuannya Bahasa Inggris-nya itu hanya standar.
Namun, akhirnya ia menerima tawaran itu setelah melihat kondisi murid 3 bulan tak ada pelajaran Bahasa Inggris di sekolah tempatnya mengajar itu.
“Saat itu awalnya ditolak (Pak Empan menolak), saya tidak S1, saya belum fasih, selama 3 bulan anak tidak belajar, saya kasihan juga," ungkap Empan.
"Daripada enggak ada Bahasa Inggris, Bapak ngajar Bahasa Inggris," sambung Dedi Mulyadi.
Baca juga: Nasib Guru Honorer Diringkus Polisi Akibat Edarkan Sabu, Aksinya sudah Lama Diincar Petugas
Hidup Tanpa Istri
Dalam perjuangannya menjadi guru honorer, ternyata kisah pilu Supandi juga hidup tanpa istri.
Diketahui Supandi diceraikan istrinya sejak tahun 2015.
Perpisahannya dengan istrinya karena masalah ekonomi.
Dengan gaji kurang Rp200 ribu per bulan membuat sang istri tak bisa bertahan hidup dengan Supandi.
Meski begitu, setelah cerai dari istrinya Supandi tetap memiliki tanggungjawab mengurus dan menyekolahkan anaknya.
Mendengar kisah hidup guru honorer Supandi itu membuat Dedi Mulyadi terenyuh.