Berita Viral

Gegara Jalan Rusak Tak Bisa Pulang, Guru SD Nginap di Rumah Warga, Pulang Cuma Seminggu Sekali

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MOTOR PENUH LUMPUR - Pak Hamsul, guru SD di Sumenep bersama motor yang dikendarainya penuh lumpur, Senin (3/2/2025). Ia rela menginap di rumah warga gegara jalan rusak.

TRIBUNJATIM.COM - Demi bisa mengajar, perjuangan seorang guru yang rela menginap di rumah warga tengah menyita perhatian publik.

Kisah tersebut diungkap seorang guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Hamsul (47).

Ia mengajar di SDN Buddi, Sumenep, Jawa Timur.

Baca juga: Yanto Manfaatkan Google Maps Agar Jualan Telur Puyuh Laris Manis, Sehari Bisa Dapat Rp150 Ribu

Diakuinya, Hamsul rela menginap di rumah warga yang tidak jauh dari sekolah, gara-gara jalan rusak akibat diguyur hujan.

Selain itu, jarak tempuh ke sekolah yang mencapai 14 kilometer juga memakan waktu lama.

Jika sedang musim hujan, hanya sesekali Hamsul membawa kendaraan.

Untuk mengurangi risiko kecelakaan, kadang dia memilih berjalan kaki menuju SDN Buddi.

"Kalau jalan kaki butuh waktu sekitar empat jam," ungkap Hamsul, dikutip dari Kompas.com.

Hamsul menyebut, kondisi tersebut sudah lama dan semakin parah setiap kali musim hujan tiba.

Saat menuju SDN Buddi, ia harus menyiapkan baju kotor.

Sebab, jalan poros yang akan dia lalui penuh lumpur dan genangan air.

Melewati jalan berlumpur, Hamsul selalu berusaha berhati-hati.

Namun, jika sedang apes, dia jatuh terpeleset dan seluruh pakaiannya basah dan penuh lumpur.

"Kalau bawa motor, pasti semuanya penuh lumpur," ungkapnya.

Pak Hamsul, guru di SD di Kepulauan Sumenep bersama motor yang dikendarainya penuh lumpur (KOMPAS.com/ Nur Khalis)

Tidak hanya guru, akses ke sekolah menjadi akses utama para murid dan warga.

Yakni jalan yang ada di Dusun Tembang, Desa Buddi, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean.

"Infrastruktur jalan itu sangat dibutuhkan, murid yang sekolah juga sangat membutuhkannya," tutur Hamsul.

Hamsul mengatakan, mayoritas guru memilih menginap di sekitar sekolah, baik di rumah warga maupun di kantor sekolah.

Ia hanya pulang ke rumah setiap akhir pekan, biasanya ia Sabtu sore pulang, dan kembali ke sekolah pada Minggu sore.

"Untuk jaga-jaga, kalau hujan deras sudah pasti terlambat ke sekolah, jadi memilih menginap," ucap Hamsul.

Baca juga: Barkah Pakai Kayu Bakar Saking Sulitnya Dapat Gas Elpiji 3 Kg, Aminah Makan Terong Setengah Matang

Hal yang sama juga diceritakan guru lainnya di SDN Buddi, Abdul Rahem (48). 

Ia menyebut akses jalan menuju desa masih sangat minim pembangunan.

Dari arah Kecamatan Arjasa, hanya ada pengaspalan sepanjang dua kilometer.

Sementara dari Desa Buddi menuju Arjasa, hanya tersedia satu kilometer pengaspalan dan satu kilometer rapat beton.

"Jadi, sekitar 14 kilometer masih belum tersentuh pembangunan apapun," ungkap Abdul.

Akibatnya, mobilitas ekonomi dan pelayanan kesehatan dari kecamatan menuju desa atau sebaliknya menjadi terkendala.

Sebab, satu-satunya jalan poros kabupaten yang ada tidak bisa dilalui oleh kendaraan.

Mayoritas para guru yang mengajar di SDN Buddi, terutama mereka yang dari luar desa setempat, memilih menginap di sekitar sekolah.

Di antara mereka ada yang ngekos di rumah warga yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.

Ada pula yang istirahat atau bermalam di kantor sekolah dan pulang setiap akhir pekan.

Salah seorang guru SDN Buddi saat melewati jalan poros kabupaten menuju sekolah tersebut (KOMPAS.com/ Nur Khalis)

Para guru di kepulauan seperti Hamsul dan Abdur Rahem pun berharap adanya perbaikan infrastruktur yang lebih serius dari pemerintah daerah.

Jalan yang layak tidak hanya akan mempermudah akses para pendidik, tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil. 

Tanpa akses yang memadai, upaya mencerdaskan generasi bangsa di wilayah kepulauan tetap menjadi tantangan besar. 

Kondisi ini menjadi pengingat bahwa pemerataan pendidikan tidak hanya soal tenaga pengajar, tetapi juga infrastruktur yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.

Dengan perhatian dan aksi nyata dari pemerintah, diharapkan anak-anak di kepulauan pun bisa mendapatkan pendidikan yang layak tanpa hambatan akses.

Baca juga: Sampai Keliling 20 Warung, Warga Tetap Tak Dapat Gas Elpiji 3 Kg, Sindir Pemerintah: Kok Tega?

Sementara itu, Camat Arjasa, Ayniza Sukma mengaku tidak tahu pasti jika ada sejumlah guru di SDN Buddi yang memilih menginap demi bisa tetap mengajar di sekolah tersebut.

Nizar menambahkan, jika sedang terjadi hujan, guru yang mengajar di Desa Buddi tidak mungkin pulang pakai motor, apalagi jalan kaki.

"Pasti malam kalau pulang dari sekolah," terangnya. 

Namun Nizar, sapaan akrab Camat Arjasa ini, membenarkan bahwa jarak dari kecamatan menuju Desa Buddi harus ditempuh dalam waktu yang lama.

Ia mengatakan bahwa sebagian besar jalan menuju Desa Buddi belum mengalami pengerasan.

"Bahkan sebagian badan jalan belum terbentuk (menuju Desa Buddi). Belum ada pengerasan apapun," ujarnya.

Baca juga: Per 1 Februari Pengecer Dilarang Jual LPG 3 Kg Lagi, Pemilik Warung: Kami Ini Mempermudah Masyarakat

Pembangunan jalan poros menuju Desa Buddi terakhir kali dilakukan melalui program TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD), dengan tambahan proyek dari Kabupaten Sumenep.

Pembangunan jalan poros di Kecamatan Arjasa menuju Desa Buddi berupa proyek makadam yang dilaksanakan saat kegiatan TMMD, beberapa waktu lalu.

Namun perbaikan tersebut belum menyeluruh dan masih menyisakan jalan yang sulit dilalui.

Di situ juga dimasukkan proyek Kabupaten Sumenep, dari sisi Desa Buddi," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini