Untuk utang jangka panjang, porsi terbesar adalah utang bank yang mencapai 809,99 juta dollar AS, lalu disusul utang obligasi sebesar 375 juta dollar AS.
Kondisi keuangan Sritex semakin terpuruk, lantaran utang yang menumpuk ditambah dengan penjualan perusahaan yang lesu, mengutip Kompas.com.
Masih merujuk pada laporan keuangan terbarunya, perusahaan hanya bisa mencatatkan penjualan sebesar 131,729 juta dollar AS pada semester I 2024, turun dibandingkan periode yang sama pada 2023 yakni 166,9 juta dollar AS.
Di sisi lain, beban penjualannya lebih besar yakni 150,24 juta dollar AS.
Artinya, uang yang masuk dari penjualan tekstil tak mampu menutupi ongkos produksinya.
Kerugian Sritex juga tercatat hingga triliunan.
Pada 2023, Sritex juga menderita kerugian sangat besar yaitu 174,84 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,73 triliun.
Lantas sepanjang semester pertama 2024, Sritex praktis mencatat rugi sebesar 25,73 juta dollar AS atau setara dengan Rp 402,66 miliar.
Baca juga: Karyawan PT Sritex Kena PHK Teriak Lulus Tinggalkan Pabrik, Coret Baju Kerja dengan Tanda Tangan
Isak Tangis
Isak tangis iringi pertemuan antara Direktur Utama PT SRITEX, Iwan Kurniawan Lukminto (Wawan), dengan ribuan buruh di hari terakhir bekerja pada Jumat (28/2/2025).
Satu hari sebelum PT Sritex resmi ditutup permanen pemilik PT Sritex menyempatkan waktu bertemu dengan ribuan buruh, dilansir Tribunsolo.com.
Tangis Wawan pun pecah saat berhadapan dengan ribuan buruh.
Lagu Kenangan Terindah menjadi lagu perpisahan seluruh buruh Sritex dan pemilik Sritex.
"Sangat sulit bagi saya bertemu dengan kalian semuanya, tidak kuat hati saya," kata Wawan di depan ribuan buruh, Jumat (28/2/2025).
Isak tangis ribuan buruh pun semakin pecah saat lagu kenangan terindah dikumandangkan di pertemuan itu.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Berita Viral dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com