Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung mengambil sampel jajanan yang dijual di 5 titik Pasar Takjil di Tulungagung untuk diuji bersama Badan POM, Balai POM di Kediri, Kamis (6/3/2025) sore.
Dari total 57 sampel jajanan yang diuji, hanya ditemukan 1 makanan yang mengandung zat berbahaya pewarna tekstil Rhodamin B.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung, Anna Sapti Saripah, 5 lokasi pasar takjil itu ada di Jalan WR Supratman, Jalan Antasari, sekitar Kelurahan Jepun, Jalan MT Haryono dan Jalan A Yani Timur.
“Di Bulan Ramadan seperti ini banyak penjual makanan minuman, dan masyarakat banyak mengakses makanan minuman. Kami ingin melindungi masyarakat dari zat berbahaya,” ujar Anna.
Ada empat indikator yang diuji dengan test kit, yaitu Rodamin B dan Methanil Yellow yang termasuk pewarna tekstil, serta formalin dan boraks yang biasa dipakai untuk pengawet.
Pemeriksaan sampel makanan di pasar takjil ini juga untuk pembelajaran bagi produsen makanan terhadap keamanan pangan.
Baca juga: Sidak Pasar Takjil di Kota Blitar, Petugas Temukan 2 Makanan Terindikasi Mengandung Zat Berbahaya
Satu kerupuk yang positif mengandung Rodamin B ini diketahui bukan produk dari Kabupaten Tulungagung.
“Dari PIRT-nya bisa diketahui, kerupuk itu bukan produk Tulungagung. Setelah ini kami akan melacak asal barangnya,” tambah Anna.
Dinkes juga sudah mendata pedagang yang menjual kerupuk dengan pewarna tekstil ini.
Selanjutnya pedagang ini akan dibina agar tidak lagi menjual makanan yang mengandung zat berbahaya.
Namun sisi positifnya, temuan makanan dengan bahan berbahaya di pasar takjil mengalami penurunan.
Tahun 2024 lalu ada 20 sampel yang diuji, 1 produk kerupuk mengandung Rodamin B dan 1 jenis sate bekicot mengandung formalin.
Sementara tidak ada produsen asli Tulungagung yang memproduksi makanan dengan zat berbahaya ini.
Baca juga: Pedagang CFD Tulungagung Beralih ke Pasar Takjil, Omzet Meningkat Selama Ramadan
Kondisi ini tidak lepas dari kesadaran dan peningkatan pengetahuan para produsen makanan karena sudah teredukasi.