Hikmah Ramadan 2025

Meluruskan Orientasi Hidup di Dunia

Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HIKMAH RAMADAN - Ketua MUI Jatim, Ainul Yaqin dalam artikel Hikmah Ramadan 2025 berjudul Meluruskan Orientasi Hidup di Dunia yang ditayangkan pada Kamis (13/3/2025).

Kemudian dijelaskan pula, “Katakanlah, 'lesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Nisa [4] 77).

Demikian pula dijelaskan, “Kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (al-A’la [87]: 17. Lalu Allah juga mengingatkan: “Maka, demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (QS al-Hjr [15] : 92-93)

Maka tegaslah bagi orang yang beriman, orientasi hidup saat di dunia tidaklah berhenti sampai pada batas kematian atau meninggal dunia, tetapi jauh ke depan yakni kehidupan akhirat, kehidupan sesudah kematian.

Setiap manusia yang memahami dan menyadari ini akan teringat untuk mempersiapkan diri saat ada di kehidupan dunia ini.

Ketika seseorang mengambil jalan hidup dengan menjadikan akhirat sebagai orientasinya, tidaklah berarti hidupnya lalu hanya diisi dengan ibadah ritual saja serta melupakan urusan tanggung jawab dunianya.

Pesan Allah SWT dalam QS al-Qashash [28]: 77): “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dengan meneguhkan orientasi hidup adalah akhirat, setidaknya akan melahirkan tiga hal.

Pertama, sikap hidup yang hati-hati karena setiap yang dikerjakan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat sehingga tidak terperdaya dengan tipu daya dunia.

Di manapun posisi seseorang dalam stuktur masyarakat, apakah ada di lapisan atas ataupun ada di kalangan bawah tetap menjaga sikap hati-hati dan waspada.

Rasa khasyah (takut) kepada Allah terus dipupuk agar tidak terjerumus pada pelanggaran terhadap larangan Allah, apakah pelangaran itu berkaitan dengan haq Allah ataupun berkaitan dengan haq manusia.

Ketika mendapatkan amanah sebagai pejabat misalnya, akan berpikir berkali-kali ketika akan melakukan korupsi, mengambil hak yang bukan haknya, atau bertindak yang membuat susah orang lain.

Kedua, seseorang akan menjadi lebih bertanggung jawab karena ia menyadari sebelum dia dimintai pertanggungjawaban di akhirat baginya akan lebih baik mempertanggungjawabkan pada yang dilakukannya saat di dunia.

Ketiga, akan menjadi manusia yang produktif mengukir kebaikan untuk manusia lain, peduli kepada orang lain, serta tidak abai dengan hak-hak mereka.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Nabi SAW, manusia yang baik adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

Lalu jika banyak disaksikan adanya perilaku manusia yang semena-mena pada orang lain, termasuk saat menjadi pejabat banyak membuat susah pada rakyatnya, seperti menggusur warga tanpa menimbang perasaan mereka, sebenarnya akarnya berasal dari kesalahan menentukan orientasi hidup. Yang dilihat hanyalah dunia dan lupa bahwa semua di akhirat ada pertangungjawabannya. 

 

Berita Terkini