Dedi menyoroti bahwa ada orang yang bekerja menanam pohon untuk mendapatkan THR, sementara segelintir eks pegawai Hibisc justru hanya berpangku tangan.
"Saya paling enggak suka orang yang berlagak luar biasa. Ini bukan perkara uang, tapi ingin melihat empati."
"Masak yang lain bekerja dan akhirnya dapat uang, sementara ada yang ongkang-ongkang dan tetap minta THR?" tambahnya.
Baca juga: Nasib Zaki Mahasiswa ITB Nyaris Pingsan Sidang Skripsi, Kelelahan Nyambi Jadi Ojol, Akhirnya Lulus
Dedi juga menyayangkan sikap mantan pegawai yang meminta hak tanpa menunjukkan kepedulian terhadap rekan-rekannya.
Ia mencontohkan bahwa banyak pekerja lain yang tetap berusaha, meskipun memiliki latar belakang pendidikan yang rendah.
"Maksud saya, kok kamu itu enggak punya empati? Orang lain menanam pohon karena pendidikan rendah, tapi mereka tetap bekerja."
"Ini ada orang yang hanya berpangku tangan dan tiba-tiba minta THR," ungkapnya.
Meskipun demikian, Dedi mengaku tetap akan memberikan kompensasi dengan meminta nomor rekening mantan pegawai tersebut.
Namun ia berharap ada kesadaran bahwa pemberian tersebut bukan sekadar hak, melainkan juga harus diimbangi dengan sikap peduli terhadap sesama.
"Walau saya marah, tetap saya minta nomor rekening. Saya tuh penginnya dia punya empati ke rekannya yang menanam pohon."
"Saya marah bukan karena ditagih uang, bukan perkara uang, tapi soal apakah dia punya empati atau tidak," pungkasnya.
Sementara itu, karyawan Hibics Fantasy Puncak Bogor yang belakangan diketahui bernama Septian dan Sabila, mengaku kecewa terhadap Dedi.
"Kecewa mah jelas, kita kan dari awal enggak minta, kan beliau sendiri yang menjanjikan."
"Katanya sekarang pulang daripada bentrok sama warga, nanti gaji sampai tanggal 27, saya yang bayar," ujar Septian, Kamis (27/3/2025).
Sementara itu, ketika para karyawan menagih janji tersebut, justru ditegur oleh Dedi.