Aktivitas forest bathing terbuka untuk siapa saja. Sama seperti program penanaman pohon yang bisa diikuti oleh masyarakat umum.
Tidak sedikit yang tergerak membantu Osila dalam merawat alam, termasuk dengan cara mendonasikan bibit pohon.
Baca juga: Disdik Sebut Rasul Guru SD Dipecat karena Tak Disukai Wali Murid, Heran Bisa Ngajar Padahal Bukan S1
Ketika melakukan penanaman pohon, Osila sengaja tidak memilih jenis pohon yang terlalu bernilai ekonomis agar tidak mudah ditebang. Misalnya, beringin, kepuh, ketapang yang dikenal sebagai pohon keramat di Bali.
"Kalau sudah besar, jarang ada yang berani menebang. Harapannya agar pohon ini terus menjaga sumber air yang ada di desa saya."
"Pernah ada yang mengatakan saya aneh karena bukan menanam pohon yang menghasilkan uang. Tapi tidak apa, setidaknya ke depan kita bisa memanen oksigen," ucap dia.
Dalam menjalankan program itu, Osila mengakui, dia tak bisa berjalan sendiri. Ia perlu kolaborasi dari semua pihak.
Seandainya pun ternyata ia mesti berjalan seorang diri, ia berusaha setidaknya dalam 1-2 bulan sekali, tetap menanam pohon.
"Di tengah gempuran pesatnya pariwisata Bali, semakin banyaknya beton, krisis air, kita yang masih ada di desa dengan alam yang asri, mari jaga alam dan air," ajak dia.
Ke depan, Osila mengaku sangat ingin bisa membuat hub, tempat belajar di tengah hutan, lengkap dengan perpustakaan dan pelatihan pembibitan pohon khusus untuk anak-anak.
Selama ini, ia melihat anak-anak lebih banyak bermain handphone. Apabila ada tempat bermain asyik berupa hub, mereka bisa berkumpul, membaca buku, membuat bibit pohon lokal, dan menanam pohon sendiri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Berita Viral dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com