Ia dinyatakan meninggal dunia karena serangan jantung.
Kabar duka ini mengejutkan banyak pihak.
Kantor tempat Li ditemukan tewas ternyata bukan pertama kalinya menjadi sorotan sebelumnya, perusahaan ini telah menghadapi tuduhan terkait budaya kerja lembur yang berlebihan.
Keluarga Li mengungkapkan bahwa ia berasal dari keluarga sederhana.
Baca juga: Pasien Ibu Hamil Ditelantarkan Padahal Antrian No 1, Petugas Puskesmas Malah Galak saat Diprotes
Ayahnya telah lama meninggal, ibunya menikah lagi, dan Li adalah anak kedua dari dua bersaudara.
Sang kakak, seorang perempuan, belum menikah.
Sementara itu, Li dan tunangannya telah merencanakan untuk menikah pada 2 Mei, hanya beberapa hari setelah kepergiannya.
Pihak berwenang setempat menyatakan tengah memproses dokumen untuk menyelidiki kemungkinan kaitan antara kematian Li dan beban kerjanya.
Pada 25 April, perusahaan tempatnya bekerja mengeluarkan pernyataan belasungkawa dan berjanji akan bekerja sama dengan keluarga Li.
Baca juga: Sosok Osila Guru SD di Bali Ajari Murid-muridnya Memeluk Pohon, Ingin Dekatkan Anak-anak dengan Alam
Mereka menyatakan bahwa tidak ada jadwal lembur pada hari kejadian karena hari tersebut merupakan hari libur perusahaan.
Perusahaan juga memuji dedikasi Li dan meminta publik untuk menghormati privasi keluarganya.
Namun, banyak warganet yang meragukan klaim tersebut. Seorang pengguna media sosial menyindir,
“Apakah perusahaan ingin mengatakan Li bekerja lembur secara sukarela? Tanpa tekanan kerja dan rasa takut kehilangan pekerjaan, siapa yang akan memilih bekerja larut malam begitu saja?”
Laporan sebelumnya memang menggambarkan kondisi kerja yang sangat berat di perusahaan ini.
Mantan karyawan menyebut satu guru bisa menangani hingga 400 siswa, harus merespons pertanyaan orang tua yang tak terhitung jumlahnya, dan rutin bekerja lembur lebih dari enam jam per hari.