"Ya namanya amunisi sudah kadaluwarsa, ini kan tidak bisa kita perkirakan."
"Artinya juga isiannya apakah masih sesuai dengan yang memang seharusnya ada, atau pemantiknya juga masih sesuai dengan yang memang sudah sesuai prosedurnya," ujarnya.
"Nah ini nanti yang kita akan dalami kenapa bisa terjadi seperti ini."
"Namanya juga amunisi bekas, itu pasti ada yang sudah tidak sesuai dengan apa yang seharusnya," tambahnya.
Salah satu warga Desa Sagara, Andi (54) mengatakan, pemusnahan amunisi biasanya menjadi 'berkah' bagi warga di sekitar lokasi kejadian.
Sebabnya, sisa-sisa logam amunisi yang sudah dimusnahkan dapat dijual sebagai rongsokan lalu menghasilkan uang.
Andi mengatakan, TNI sudah melakukan dua kali pemusnahan amunisi kedaluwarsa pada bulan ini, tepatnya pada Selasa (6/5/2025) dan Senin (12/5/2025).
Namun, salah satu agenda pemusnahan menjadi petaka setelah terjadi ledakan tidak terduga yang menewaskan empat prajurit TNI dan sembilan warga sipil.
"Biasanya (pemusnahan amunisi) jadi berkah dan sekarang malah jadi musibah," kata Andi dikutip dari Kompas.com, Selasa (13/5/2025).
"Lalu, tidak berselang lama, banyak ambulans datang ke lokasi. Saya pikir itu suara ledakan biasa terjadi. Tapi, mendengar informa
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com