"Pengaruhnya ya karena orang sekarang beli baju bisa lewat online, jadi jarang yang datang ke pasar," kata Pangkun, Senin (9/6/2025).
Baca juga: Sudah Jauh-jauh Kayuh Sepeda, Bocah 15 Tahun Malah Tak Ketemu Gubernur Idolanya, Dijemput Bupati
Dulu, Pangkun bisa meraih omzet harian hingga Rp700 ribu.
Kini, pendapatan hariannya hanya berkisar Rp150 ribu hingga Rp200 ribu.
Padahal, ia masih harus membiayai pendidikan anaknya yang tengah menempuh bangku kuliah.
"Sekarang, paling cuma buka sampai jam 12 siang karena kalau sudah siang makin sepi, Mas."
"Kadang mikir juga, kuat sampai kapan," imbuhnya.
Pangkun mengaku tidak mampu mengikuti perkembangan zaman yang serba digital ketika ditanya soal kemungkinan jualan lewat platform online.
"Saya tidak bisa, enggak ngerti sama sekali soal jualan online," katanya.
Menurut Pangkun, para pedagang pakaian di Pasar Manis Purwokerto mendapat pasokan dagangan dari suplier asal Bandung dan Jakarta.
"Kalau bisa, di Pasar Manis itu ada pengeras suara atau pengumuman gitu, kalau di atas (lantai 2), ada yang jualan baju."
"Jadi, pembeli diarahkan juga," harap Pangkun.
Nasib serupa juga dialami Sunarto (74), pedagang pakaian lain yang menempati kios di lantai satu Pasar Manis Purwokerto.
Ia mulai berjualan sejak tahun 1990-an, bahkan sebelum Pasar Manis direnovasi seperti sekarang.
"Dulu ramai, sekarang, Lebaran pun sepi (pembeli). Kadang-kadang cuma laku satu baju," keluhnya.
Sunarto yang sudah lanjut usia juga tidak mampu mengikuti arus digitalisasi.
Ia bahkan mengaku masih bingung menggunakan telepon genggam.
"Pegang HP saja bingung, apalagi kalau harus jualan online. Enggak bisa saya," katanya.