Berita Viral

Sosok 3 Guru Diduga Dipekerjakan sebagai ART oleh Kepsek, Fakta Baru Kasus Sekolah Bodong di Bekasi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DUGAAN SEKOLAH BODONG - Sejumlah guru di sekolah swasta diduga bodong, Jalan Baru Perjuangan RT 04 RW 11 Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi saat ditemui pada Senin (16/6/2025). Mereka buka suara tentang kondisi di dalam sekolah.

"Dapet uang bensin, tapi sangat keberatan karena jauh sih, jarak dari sini ke tempat ayamnya itu emang lumayan kan," ucapnya.

Sementara tenaga pelajar lainnya, Raihan Tri Wahyudi menegaskan juga serupa mengalami nasib seperti Anisa.

Setiap hari sebelum bekerja, Raihan justru diminta ke kediaman pemilik yayasan terlebih dahulu untuk mengantar sekolah.

"Setiap hari sebelum saya bekerja, harus ke rumah beliau (pemilik yayasan) untuk mengantar anak-anaknya berangkat sekolah," tegas Raihan.

Raihan mengaku tidak berani bila menolak tugas dari pemilik yayasan sehingga dia akhirnya terpaksa melakukannya.

"Untuk biaya tambahan saya cuma dapat gaji selama kerja di kantor sebagai staff education tapi saya bekerja kebanyakan di rumah beliau (pemilik yayasan) yaitu mengantar anak-anaknya ke sekolah, ke les, dan belanja itu saya," pungkas Raihan.

Baca juga: Cara Nakal SW Tipu Guru Susi, Terlanjur Setor Rp 55 Juta untuk Jadi PPPK, 22 Orang Juga Jadi Korban

Berhenti mengajar

Akibat dugaan kasus sekolah bodong tersebut seluruh guru di sekolah swasta di Jalan Baru Perjuangan RT 04 RW 11 Marga Mulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi memilih utnuk resign atau berhenti kerja massal.

Salsabila Syafwani mengatakan para guru sudah resign sejak Jumat (13/6/2025).

"Kami mengajar terakhir itu hari Jumat (13/6/2025) masuk, tapi harusnya di minggu ini, tapi karena ada kejadian tersebut (Dugaan sekolah bermasalah) jadinya stop di hari Jumat," kata Salsabila saat diwawancara Senin (16/6/2025).

Salsabila menjelaskan resign massal yang dilakukan tujuh orang guru itu dibuktikan dengan lembaran kertas yang ditandatangani di atas materai oleh seluruh guru dan kepala yayasan sekaligus diduga menjabat kepala sekolah.

Seusai resign massal itu dilakukan, pihak guru mengaku sudah tidak berkomunikasi sedikit pun dengan kepala yayasan.

"Sejujurnya dari per Juni itu kami sudah lost contact, tepatnya 13 Juni itu lost contact dalam artinya memang tidak mau komunikasi saja," jelasnya. 

Salsabila menuturkan informasi resign massal pihaknya rupanya tidak diberitahu oleh kepala yayasan kepada seluruh orangtua murid.

Bahkan pihak guru tidak lagi bisa atau diperkenankan berkomunikasi oleh kepala yayasan kepada orangtua murid melalui akun email sekolah yang sebelumnya kerap difungsikan untuk wadah komunikasnya.

Halaman
123

Berita Terkini