Setiap pagi, sejak matahari belum tinggi, Sutarno sudah bersiap di dekat Pos 5 Pantai Pangandaran.
Gerobak bakso cuankinya tak pernah sepi, terutama saat akhir pekan dan musim libur panjang.
Tapi siapa sangka, di balik kepulan kuah panas tersebut, tersimpan cerita hidup yang sarat peluh dan harapan.
"Alhamdulillah, anak pertama saya sudah menikah dan punya rumah sendiri. Bangun rumahnya habis sekitar Rp400 juta," ujar Sutarno dengan senyum bangga di Pantai Barat Pangandaran, Senin (16/7/2025) siang, seperti dikutip dari Tribun Jabar, Selasa (17/6/2025).
Sementara anak keduanya kini tengah menempuh pendidikan di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta.
Sang anak berhasil meraih beasiswa, yang sangat meringankan biaya kuliah keluarga sederhana ini.
"Seharusnya bayar Rp4,7 juta per semester, tapi karena dapat beasiswa, cukup bayar Rp1 juta saja," katanya.
Perjalanan hidup Sutarno tak selalu mulus.
Pada tahun 2006, ia sempat merantau ke Jakarta, berjualan tahu keliling.
Sementara sang istri memilih bertahan di Pangandaran dengan berjualan kopi di pinggir pantai.
Mereka hidup terpisah demi mencari nafkah.
Namun, geliat pariwisata di Pangandaran yang terus tumbuh membuat Sutarno berpikir ulang.
Ia memilih pulang kampung dan mulai berjualan bakso cuanki di dekat sang istri.
Sejak saat itu, roda kehidupan mereka mulai berputar lebih baik.
"Kalau hari biasa, bisa dapat omzet lebih dari satu juta. Tapi, pas libur panjang, bisa dua juta lebih sehari," ucap Sutarno.
Ramainya pengunjung sering kali membuat Sutarno kewalahan.
Ia pun mempekerjakan beberapa orang untuk membantu mencuci piring dan mengangkat mangkuk.
Baca juga: Penjelasan Kepsek Soal Guru di Cianjur Lontarkan Kata-kata Kasar pada Siswa, Bermula di Ruangan BK
Sutarno menawarkan menu sederhana namun menggoda.
Satu porsi bakso cuanki dibanderol mulai dari Rp10 ribu.
"Kalau pakai tetelan Rp15 ribu, kalau lengkap dengan mie, cuanki, dan tetelan Rp20 ribu," ujarnya.
Namun, bukan hanya rasa yang membuat warung Sutarno begitu diminati.
Pelanggan bisa menikmati semangkuk cuanki sambil duduk santai di tikar yang digelar di pinggir pantai dengan fasilitas gratis dari sang penjual.
Tidak hanya itu, kebersihan juga menjadi prioritasnya.
Karena setiap hari Sutarno menyapu dan membersihkan area sekitar dagangannya.
"Saya nyapu setiap pagi, kadang bisa sampai tiga kali sehari. Orang yang datang pasti nyaman," kata Sutarno.
Dalam hiruk-pikuk para wisatawan dan debur ombak Pangandaran, Sutarno berdiri sebagai sosok sederhana yang membuktikan bahwa ketekunan dan kerja keras mampu mengubah kehidupan.
"Ini semua karena kerja bareng istri juga. Kami saling bantu dari awal," ucapnya.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com