Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan pihaknya, Ida mengungkapkan, sang anak diketahui mengonsumsi narkotika jenis sabu sebanyak dua kali.
Hal itu dilakukan selama kurun waktu 19 hari kabur dari rumah dan bergabung dengan gerombolan teman-teman baru berjumlah lima orang yang berusia dewasa itu.
Mengenai motif sang anak mengonsumsi, sang anak diketahui terpengaruh dengan ajakan para teman-teman barunya itu.
Namun, asal muasal pasokan sabu yang dimiliki oleh kelima orang teman sang anak, proses penyelidikan lanjutan tersebut dilakukan oleh Anggota Satresnarkoba Polrestabes Surabaya.
Baca juga: 2 Pekan Tak Ada Kabar, Gadis 15 Tahun di Sampang Dikira Hilang, Ternyata Tinggal Bersama Pacar
"Pakai sabu, bilangnya, semenjak kabur ini. Jadi ketemu orang-orang yang sama dia itu.
Sudah 2 kali, katanya. Nanti hasil dari assessmen dari BNN seperti apa, kami akan cari tahu, kan kelihatan," ungkapnya.
Remaja perempuan yang sebentar lagi akan naik kelas sembilan di SMP Negeri Kota Surabaya itu, memang menunjukkan hasil tes positif mengonsumsi narkotika jenis sabu.
Ida mengungkapkan, pihaknya kemarin sudah merekomendasikan sekaligus mendampingi langsung sang anak agar menjalani asesmen rehabilitasi di Kantor BNN Kota Surabaya.
Baca juga: Nasib Gadis Kejatuhan Sound Horeg dari Ketinggian 5 Meter, Awalnya Nyangkut Pohon, Penonton Panik
Rencananya, sang anak akan menjalani proses rehabilitasi secara rawat jalan beberapa pekan kedepan yang akan didampingi langsung oleh petugas DP3APPKB Kota Surabaya dan pihak orangtua sang anak; ayahandanya.
Semula, ia sempat merekomendasikan bahwa sang anak akan menjalani rehabilitasi tersebut RS Menur Surabaya.
Lantaran, pertimbangan ayahanda dari sang anak belum berkenan.
Karena merasa keberatan dengan stigmatisasi RS tersebut kerap menjadi rujukan penyakit kejiwaan.
Alhasil, pihaknya menuruti permintaan tersebut, dengan memindahkan ke Kantor BNN Surabaya.
Hal tersebut semata-mata agar proses penyembuhan atas ketergantungan penggunaan sabu dari sang anak, dapat segera dilakukan.
"Itu pun juga perlu perjuangan, karena anak ini di rumah enggak ada yang ditakuti kecuali bapaknya. Bapaknya saya suruh mengantar meskipun juga didampingi konselor kami sejumlah 2 orang," katanya.