Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Hujan deras mengiringi pelaksanaan Kirab Tumpeng Agung di kompleks Candi Palah Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jumat (27/6/2025) sore.
Kirab Tumpeng Agung yang ke-14 ini digelar oleh Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara.
Rombongan peserta kirab berjalan sejauh 2 kilometer mulai dari situs Balekambang di Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar menuju ke kompleks Candi Palah Penataran.
Kirab diawali dengan rombongan perempuan mengenakan pakaian adat jawa berjalan sambil membawa sapu lidi.
Di belakangnya, rombongan pria memanggul gunungan tumpeng dari hasil bumi. Sedang sebagian peserta lainnya naik kereta kuda.
Baca juga: Jelang Suran Agung di Blitar, Polisi Larang Aksi Konvoi Sepeda Motor, Bakal Ditindak Bila Melanggar
Sesampai di Candi Palah Penataran, para peserta mengikuti upacara suci Tumpeng Agung.
Meski diguyur hujan deras, masyarakat tampak antusias menyaksikan Kirab Tumpeng Agung.
Ketua Umum Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara, Ki Aris Sugito mengatakan, Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong tahun ini yang ke 14.
Baca juga: Lima Hari Bazar Blitar Djadoel 2025 Digelar, Perputaran Uang Diperkirakan Lebih Rp 4 Miliar
Kirab Tumpeng Agung digelar untuk nguri-nguri dan melestarikan budaya nusantara.
"Kirab digelar di Candi Palah karena sejak dulu candi ini menjadi candi pendarmaan atau dharma puja yang dibangun era Kerajaan Kediri, dilanjutkan Tumapel, Singasari, dan Majapahit," kata Ki Aris.
Dikatakannya, pada masa Kerjaan Majapahit di era Raja Prabu Jayanegara, Candi Palah diresmikan sebagai candi negara.
Baca juga: Meriahkan Kirab Muharram, Wali Kota Kediri Vinanda dan Wawali Jalan Kaki Bareng Warga
Candi Palah menjadi satu-satunya candi negara di Nusantara.
"Candi ini pertama kali dinamakan Palah. Oleh Majapahit, karena di sini juga jadi tempat pendidikan, kemudian disebut Palah Penataran," ujarnya.
Ia menjelaskan, tahun ini, Kirab Tumpeng Agung mengambil tema 'sumilak e mendung tumitising para luhur nuswantoro'.
Baca juga: Sambut Tahun Baru Islam di Pacitan, Tumpeng dan Buceng Suci Dilarung ke Laut hingga Makan Bersama
"Kirab juga diikuti raja-raja Nusantara. Harapannya, kami ingin membangkitkan para kesatria, raja, sultan sebagai penjaga adat. Mudah-mudahan mereka bangkit menjaga bangsa, termasuk moral," katanya.