Berita Viral

Pendapatan Rp 500 Ribu Sebulan, Pedagang Asongan Kaget Anaknya Bisa Kuliah Gratis di UGM: Tak Mampu

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KISAH INSPIRATIF - Keluarga Putri Khasanah (18), gadis asal Bambanglipuro, Bantul, Jawa Tengah yang bisa kuliah gratis di Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Ayahnya adalah seorang pedagang asongan dengan penghasilan Rp 500 ribu sebulan.

Sejak SMA, Artita dikenal sebagai siswi berprestasi di SMAN 2 Yogyakarta. Ia rajin belajar dan kerap menjadi juara kelas.

Salah satu mata pelajaran favoritnya adalah sejarah Indonesia, yang menurutnya menyenangkan karena mengajarkan pola kehidupan masyarakat dari zaman penjajahan hingga masa kini.

Selain akademik, Artita juga aktif di bidang seni. Ia gemar menggambar, melukis, dan menari. Ketika jenuh belajar, ia menuangkan energinya melalui aktivitas seni.

Rencananya, ia akan bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kesenian di kampus.

Artita diterima di UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Ia juga mendapatkan beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen, sehingga bisa menempuh pendidikan secara gratis.

“Saya sangat bersyukur sekali, bisa meringankan beban ibu untuk membiayai saya kuliah nanti,” ucap Artita.

Ia pun berpesan kepada teman-temannya untuk tidak menyerah meski memiliki keterbatasan ekonomi.

“Jangan ragu dan jangan takut, buat teman-teman karena apapun selama berusaha pasti ada jalannya,” katanya.

Baca juga: Sosok dan Karier Setia Budi Tarigan, Ayah Penabrak Argo Mahasiswa UGM, Minta Maaf & Bantah Beri Uang

Artita dibesarkan oleh ibunya, Teluning (41), seorang ibu tunggal yang mencari nafkah dengan berjualan cireng.

Sejak lima tahun lalu, Teluning menjadi tulang punggung keluarga setelah ditinggal sang suami.

Dengan penghasilan sekitar Rp 900 ribu per bulan, Teluning berjualan di Purwokerto, di depan rumah peninggalan almarhum suaminya.

Ia setiap hari pulang-pergi dari Yogyakarta ke Purwokerto demi mencukupi kebutuhan hidup.

“Saya ingat pesan suaminya dahulu agar bisa menjaga dan membesarkan Artita sepenuh hati,” ucap Teluning dengan mata berkaca-kaca.

Karena aktivitasnya di luar kota, Teluning jarang bertemu dengan Artita.

Meski demikian, ia tetap bersyukur karena Artita tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan berprestasi, tinggal bersama kakek, nenek, dan tantenya di rumah.

Halaman
1234

Berita Terkini