Kondisi kapal saat itu semakin miring, lampu dan mesin kapal juga mati.
Cahyani yang tidak bisa berenang diminta memeluk tubuh Febriani, kemudian keduanya memutuskan melompat ke laut.
Sayangnya, disaat bersamaan kapal yang terjatuh mengakibatkan gelombang kuat.
"Saat itulah pelukan istri saya terlepas," kata Febriani.
Ia baru sadar saat muncul ke permukaan, berusaha mencari Cahyani.
Pandangannya menyapu sekitar, sembari berteriak memanggil nama istrinya itu.
Setelah sekian lama, panggilannya tidak kunjung mendapat jawaban dari Cahyani saat suasana di perairan begitu gelap.
Ia akhirnya memutuskan untuk menaiki kapal karet, bergabung dengan 11 penumpang lainnya yang selamat.
"Saya dibantu orang-orang naik ke kapal karet, saat itu masih coba memanggil istri saya, tapi tetap tidak ada jawaban hingga saya putus asa," ucap Febriani.
"Saya masih berusaha berpikir positif, mungkin istri saya di perahu karet lain," ujarnya.