Berita Viral

10 Tahun Bripka Rian Fardiansyah Nyambi Jadi Badut, Biasa Dibayar Rp 300 Ribu

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SOSOK POLISI VIRAL - Bripka Rian Fardiansyah, anggota Direktorat Pengamanan Objek Vital (Ditpamobvit) Polda Bangka Belitung yang nyambi jadi badut. Biasa dibayar Rp 300 - 350 ribu.

TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral sosok Bripka Rian Fardiansyah, polisi yang nyambi jadi badut.

Bripka Rian Fardiansyah merupakan anggota Direktorat Pengamanan Objek Vital (Ditpamobvit) Polda Bangka Belitung.

Bripka Rian Fardiansyah sudah selama 17 tahun menjadi anggota polisi.

Ia pun nyambi menjadi badut sejak tahun 2005.

Awalnya untuk menghibur anak-anak di sebuah acara pesta ulang tahun.  

"Mulainya jadi badut sebelum jadi polisi di tahun 2005-an," katanya, dikutip dari kanal YouTube METRO TV, Kamis (13/2/2025) lalu.

Namun Bripka Fardiansyah sempat berhenti menjadi badut setelah berjalan 3 tahun lamanya.

Di tahun 2008, ia menjadi anggota polisi bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa).

Setelah kurang lebih 9 tahun tidak memakai kostum, Bripka Fardiansyah memutuskan kembali menjadi badut.

"Sempat vakum, 2017 saya ikut main di acara ulang tahun coba-coba pas jadi Babinsa," kata Bripka Fardiansyah, seperti dilansir dari TribunJakarta.

Bripka Fardiansyah mengaku, menjadi badut penghibur bukan sekedar mencari penghasilan tambahan.

Ia rela tidak dibayar saat diundang di acara anak-anak panti asuhan.

Baca juga: Diusir dari Kontrakan karena Nunggak Bayar 5 Bulan, Badut Keliling Terpaksa Tidur di Masjid

Selama tampil, Bripka Fardiansyah hanya menghibur.

Ia juga menyisipkan edukasi keselamatan berkendara untuk anak-anak.

"Yang punya acara hajatan di panti asuhan, saya tidak terima biaya pokoknya," katanya.

Bripka Fardiansyah diketahui mematok tarif sekitar Rp 300 - Rp 350 ribu untuk sekali tampil.

Ia mengaku jumlah tersebut termasuk murah dibandingkan badut-badut lainnya.

Dalam sebulan, Bripka Fardiansyah mendapatkan sekitar 6 kali panggilan jadi badut.

"Paket murah, hanya sekedar saja. Saya ambil Rp 300 - Rp 350 ribu," tandasnya.

Baca juga: Sosok Bripka Rian, Polisi Tak Malu Nyambi Jadi Badut Sulap Sepulang Dinas, Ingin Bisa ke Mekkah

Alasan Bripka Rian mencari sampingan sebagai badut sulap untuk bisa pergi ke Makkah.

Aksi Bripka Fardiansyah jadi badut untuk memberikan edukasi ke anak-anak sudah didengar oleh Kapolda Bangka Belitung Irjen Pol. Drs. Hendro Pandowo, M.Si.

Jenderal bintang dua itu memuji aksi anggotanya.

"Bagus, dia memiliki kemampuan kompetensi selain sebagai anggota polisi, bisa menghibur orang," katanya, dikutip dari kanal YouTube KOMPASTV.

Irjen Pol Hendro menyatakan dukungannya kepada Bripka Fardiansyah.

Ia meminta yang bersangkutan untuk terus mengedukasi masyarakat soal Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

"Itu laksanakan, silahkan dieksplore, mewujudkan masyarakat sadar kamtibmas melalui keahlian badut ini," tandasnya.

Kisah Lain

Sementara, kisah kontras terjadi Kota Gorontalo.

Seorang istri dipaksa suami jadi badut untuk mencari nafkah.

Setiap hari, sang istri harus mengenakan kostum mencolok dan topeng dengan senyum palsu, menari-nari di tengah teriknya matahari dan debu jalanan demi mendapatkan beberapa lembar uang receh dari para pengguna jalan.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial dan Perlindungan Jaminan Sosial (Rehsos dan Limjamsos) Dinas Sosial Kota Gorontalo, Herson Tahir, mengungkapkan keprihatinannya saat menyaksikan langsung kejadian tersebut.

Pemandangan yang lebih miris lagi adalah ketika ia melihat tidak jauh dari sang istri yang sedang berjuang mencari nafkah, seorang pria yang tak lain adalah suaminya.

Si suami duduk santai di atas becak motor (bentor) sambil asyik bermain ponsel dengan kaki terangkat.

"Itu suaminya ya? Ibu jadi badut tapi suaminya duduk main HP. Kalau ibu sampai celaka ditabrak kendaraan, bisa-bisa suaminya cepat menikah lagi," tegur Herson dengan nada prihatin kepada pasangan tersebut.

Menurut Herson, seharusnya seorang suami memiliki tanggung jawab untuk turut mencari nafkah dan melindungi istrinya.

Bukan malah membiarkannya bekerja keras dengan cara yang sangat berisiko demi sesuap nasi.

Fenomena serupa juga ditemukan di lokasi lain di Kota Gorontalo.

Namun, situasinya terbalik, di mana kali ini justru istri yang meminta suaminya untuk menjadi badut jalanan.

Baca juga: 3 Bulan Istri Jadi Badut di Lampu Merah Demi Biayai Keluarga, Suami Santai Cuma Main Handphone

Kasus ini teridentifikasi di kawasan sekitar BRI bagian Utara Kota Gorontalo.

"Di sana ada suami istri bersama iparnya. Yang jadi badut justru suami dan iparnya," jelas Pekerja Sosial Dinas Sosial Kota Gorontalo, Iin Wahyuni Latif.

Salah satu kendala utama dalam menangani fenomena para badut lampu merah ini adalah sulitnya proses identifikasi.

Banyak dari mereka yang tidak membawa kartu identitas.

Bahkan menggunakan nama samaran, sehingga menyulitkan Dinas Sosial dalam melakukan pendataan.

Baca juga: Ibu-ibu Naik Nmax Kepergok Suruh 2 Anak Mengemis Berkostum Badut, Dinsos Sebut Belum Pernah Tercatat

Dinas Sosial Kota Gorontalo mencatat bahwa sejak tiga hari terakhir operasi penjangkauan dilakukan, sudah puluhan badut lampu merah yang ditemukan di berbagai persimpangan jalan.

Beberapa lokasi menunjukkan adanya rotasi orang yang menjadi badut.

Sementara sebagian lainnya tetap dihuni oleh individu yang sama.

Herson menegaskan operasi penjangkauan ini akan terus dilakukan hingga 11 Mei 2025.

Ia juga mengungkapkan mayoritas badut yang ditemui berasal dari luar Kota Gorontalo.

Oleh karena itu, pihaknya berharap penanganan fenomena badut lampu merah ini juga bisa menjadi perhatian dari daerah-daerah lain di Gorontalo.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini