Menurut Sattunia, uang pensiun Mustari pernah diambil diam-diam oleh anaknya sebesar Rp 100 juta.
Kini, sisa gaji pensiun Mustari hanya Rp400 ribu.
Mustari kata Sattunia, sempat ditemukan tidur di bawah jembatan Tino, Kabupaten Bantaeng.
Bahkan pernah terlantar di Terminal Malengkeri, Makassar.
"Anak yang tinggal di Makassar sempat berjanji menjemput, tapi tidak pernah datang," sebutnya.
Singkat cerita, seseorang membawa Mustari ke pinggir jalan, tepat di depan rumah H Jalling.
Dari sanalah cerita haru Mustari kembali dimulai.
"Sudah dua tahun menetap di sini dan saya yang merawatnya," tutur Sattunia.
Dikunjungi TNI dan Polisi
Batituud Koramil 05 Batang, Pelda Alimuddin yang mendatangi rumah tersebut bersama Kapolsek Batang Iptu Purwanto membenarkan status Mustari sebagai purnawirawan TNI.
"Beliau ini purnawirawan TNI, menurut keterangan beliau masuk di grup 1 Kopassus Cijantung kemudian pensiun terakhir di Kodim 1411 Bulukumba tahun 1992," kata Alimuddin.
"Beruntungnya beliau ini dirawat oleh pihak keluarga yang masih mau merawat, anak-anaknya ada di Jakarta, pokoknya tidak ada di Jeneponto. Seandainya tidak dipedulikan mungkin beliau tinggal dipinggir jalan lah," tutup Alimuddin.
Di ruangan 2x2 meter tersebut, Mustari masih memiliki seragam TNI dilengkapi lambang Kopassus di bahu kiri dan papan RPKAD di dada kiri serta papan nama M.K.R Baso, (Mustari Karaeng Baso).
Dalam buku Keterangan Mengenai Pensiunan, Mustari bernama lengkap Mustari Baso Sertu Purn TNI-AD, lahir 5 Februari 1943.
Biodata Serma (Purn) Mustari Baso
Nama Lengkap: Mustari Baso
Pangkat Terakhir: Sersan Mayor (Purnawirawan)
Kesatuan: Komando Pasukan Khusus (Kopassus)
Wilayah Tugas Terakhir: Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Status: Pensiunan TNI AD.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com