Guru Sekolah Rakyat Mundur karena Khawatirkan Sertifikasi, Harus Kerja 24 Jam Dalam Seminggu

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEKOLAH RAKYAT - Guru sedang memberikan arahan kepada siswa-siswi Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 2 di Kota Medan, Sumatera Utara. Terbaru Kepala SRMP 2 Kota Medan Maragoti, mengonfirmasi bahwa dua guru agama di sekolah tersebut memilih untuk mengundurkan diri dari posisi mereka sebagai tenaga pengajar.

TRIBUNJATIM.COM - Sejumlah guru Sekolah Rakyat di berbagai daerah memilih mundur.

Itu seperti yang dilakukan dua guru di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 2 Medan, Sumatera Utara.

Dua guru agama mengundurkan diri dan menungkap alasannya.

Hal ini dijelaskan Kepala SRMP 2 Medan, Maragoti.

Ia mengungkap, kedua guru tersebut sebelumnya bertugas di Kementerian Agama dan kini memerlukan sertifikasi untuk melanjutkan karier mereka.

"Jadi, salah satu persyaratan untuk mendapat sertifikasi itu harus mengajar 24 jam dalam seminggu," ujar Maragoti saat diwawancarai di kantornya di Kementerian Sosial Sentra Bahagia, Jalan Willem Iskandar, Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (6/8/2025).

Maragoti menjelaskan, target jam mengajar tersebut dikhawatirkan tidak akan tercapai di SRMP 2 Medan.

Di sekolah ini, setiap kelas hanya mendapatkan waktu pengajaran selama 3 jam dalam seminggu.

"Jadi kalau dihitung, kita di SRMP 2 ini hanya ada 4 kelas. Berarti seminggu itu hanya 12 jam. Itu yang membuat mereka khawatir, tidak akan mendapatkan sertifikasi," papar Maragoti.

Baca juga: Sekolah Rakyat Kota Batu Tambah 51 Siswa, Total Kini 151 Murid dari Berbagai Daerah

Hingga saat ini, SRMP 2 Medan belum menerapkan sistem pembelajaran normal seperti sekolah umum.

Saat ini, fokus pembelajaran masih pada pengembangan karakter siswa.

Sekolah ini memiliki total 13 guru dan 1 kepala sekolah.

Sementara itu di Jawa Timur, sejumlah siswa Sekolah Rakyat Ponorogo diketahui mundur. Data dihimpun dari pihak Sekolah Rakyat Terintegrasi 5 Kabupaten Ponorogo, siswa awalnya ada 125 orang.

Namun seiring waktu, tinggal 119 siswa yang mengikuti kegiatan belajar dan mengajar (KBM) di Sekolah Rakyat Terintegrasi 5 Kabupaten Ponorogo.

Menteri Sosial (Mensos) Syaifullah Yusuf tidak menampik adanya fenomena tersebut.  “Tidak hanya di Ponorogo siswa mundur. Data yang ada 115 siswa mundur,” ungkapnya, Selasa (5/8/2025).

Halaman
12

Berita Terkini