Saat ini, berdasarkan temuan pihaknya, stok beras di pasaran sedang dalam kondisi kelangkaan.
"Kalau menurut saya, pemerintah harus betul-betul memitigasi terkait persoalan ini dan waktunya tidak banyak. Saya sendiri melihat ini sudah genting, sudah perlunya jalan pintas untuk mengatasi kelangkaan beras," ucap Yeka.
Kelangkaan beras ini tidak lepas dari kasus beras oplosan yang sedang ramai.
Berdasarkan temuannya, penggiling padi di Indonesia kini mulai takut berjualan akibat kasus beras oplosan.
Imbasnya adalah kelangkaan beras di pasar tradisional serta pasar modern.
Ketika sedang sidak di Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menemukan stok beras menipis di penggilingan padi.
Dari total 23 penggilingan padi di wilayah tersebut, Yeka menemukan 10 di antaranya sudah tutup.
Sementara yang masih beroperasi, stok beras yang tersisa hanya 5–10 persen dari jumlah normal.
Jadi, kalau misalnya biasanya mereka punya rata-rata stok beras 100 ton, sekarang mereka hanya punya 5 ton.
"Nah, kami tanya, kenapa seperti ini? Mereka menjawab takut. Ada ketakutan yang luar biasa dalam menjalankan usaha ini," kata Yeka.
Kondisi serupa terjadi di penggilingan besar.
Yeka menyebut, biasanya mereka menyimpan hingga 30 ribu ton beras, tetapi kini hanya sekitar 2 ribu ton atau 7,5 persen dari stok normal.
Kelangkaan stok ini akhirnya berdampak ke pasar tradisional dan modern.
Di pasar tradisional, aktivitas jual-beli beras berakhir lebih cepat.
Jika dulu pasar ramai hingga pukul 14.00, kini pukul 10.00 sudah sepi.