Setelah tiba di Jambi, kondisi Ida masih memprihatinkan.
Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur, lumpuh, dan mengalami komplikasi.
“Ya sekarang ini penyakitnya itu sudah komplikasi, Pak. Ya, hanya Tuhan yang bisa sembuhkan, karena mau berobat juga tidak ada biaya,” kata Cindi.
Beberapa hari lalu, pihak Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Kerinci sudah menjenguk Ida dan berjanji akan membantu biaya pengobatan.
Baca juga: Nasib Tragis TKW Magetan Tewas Jadi Korban Tabrak Lari di Taiwan, Hujan Tangis Iringi Kepulangannya
Negara Harus Hadir
Kasus TKW yang disiksa majikan, seperti yang dialami Ida, menyampaikan beberapa pesan penting dan mendalam baik bagi pemerintah, masyarakat maupun individu.
Kasus seperti ini menegaskan sistem perlindungan hukum bagi pekerja migran masih lemah.
Negara harus hadir secara nyata dari proses perekrutan, pelatihan, penempatan, hingga pemulangan.
Ida dan banyak TKW lainnya berangkat karena ingin memperbaiki nasib.
Tapi kemiskinan seharusnya tidak jadi alasan untuk menerima perlakuan tidak manusiawi.
Ini panggilan moral bagi semua pihak untuk menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan di dalam negeri.
Pentingnya Jalur Pengaduan yang Cepat dan Efektif
Kasus kekerasan sering luput dari perhatian karena TKW tidak tahu cara atau takut melapor.
Harus ada sistem pelaporan yang mudah diakses, cepat tanggap, dan bisa dipercaya.
Ketika TKW menjadi korban, keluarga di rumah ikut terdampak secara ekonomi dan psikologis.
Mereka sering bingung harus mencari bantuan ke mana, apalagi jika korban pulang dalam kondisi sakit atau cacat.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com