Berita Viral Lokal

Pengurus Sekolah Rakyat Pilu Target 100 Siswa Baru Dapat 9 Orang Meski Sudah Datangi Warga Satu-satu

Penulis: Ignatia
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEKOLAH RAKYAT SEPI - Ilustrasi Sekolah Rakyat di Sumenep yang jauh dari kuota 100 siswa, yang terdaftar hanya 9 orang. Padahal bermacam-macam usaha sudah dilakukan satu di antaranya mendatangi langsung rumah warga.

TRIBUNJATIM.COM - Miris kondisi Sekolah Rakyat di Sumenep, Jawa Timur yang ternyata jauh dari kuota awal.

Pendaftarnya jauh dari target awalnya sekitar 100 siswa.

Hingga pertengahan Agustus 2025 ini baru ada sembilan calon siswa yang terdata.

Demikian penuturan Korkab Program Keluarga Harapan (PKH) Sumenep, Hairullah.

Padahal target awalnya 100 siswa. Rinciannya, 50 kursi untuk jenjang SD dan 50 untuk SMP yang tercatat di Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

“Targetnya memang 100 untuk SD dan SMP,” kata Hairullah, Kamis (14/8/2025).

Korkab yang akrab disapa Ipong ini mengklaim, pendamping PKH di semua kecamatan, baik daratan maupun kepulauan, sudah turun langsung mencari calon siswa.

Namun hasilnya belum memuaskan.

Pihaknya menilai, koordinasi antarinstansi masih lemah.

Pendamping PKH merasa bekerja sendirian di lapangan.

Baca juga: Fery Heran Pembantu Bunuh Istrinya Padahal Naksir, Skenario Teror Terbongkar

Menurutnya, pelibatan camat, dinas pendidikan, kepala sekolah, hingga penyuluh agama di KUA belum maksimal.

Padahal kerja sama lintas sektor dibutuhkan agar target cepat tercapai.

Ipong menerangkan, program sekolah rakyat menjadi salah satu strategi pemerintah menekan angka putus sekolah.

Berdasarkan data DTSEN, masih ada belasan ribu anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikan karena alasan ekonomi.

Baca juga: Nasib 14 Kades Terbukti Positif Narkoba, Jabatannya Dinonaktifkan Bupati

Ipong berharap ada dukungan penuh dari pihak kecamatan dan desa, terutama dalam mendata calon siswa yang layak ikut program sekolah rakyat.

“Kalau semua bergerak, target 100 siswa itu bisa cepat tercapai,” ujarnya.

Pihaknya juga menerangkan, pendaftaran masih dibuka hingga akhir bulan ini.

Tenaga pendamping akan terus melakukan penyisiran, termasuk mengunjungi langsung rumah-rumah warga untuk memastikan anak yang berhak tidak terlewat.

Baca juga: Rumah Batik Putri Maluang Dulunya Bukan Apa-apa, Goresan Cinta Kini Bikin Omzet Rp 150 Juta

Pendaftaran tahun ajaran baru Agustus 2025 ini memang diketahui penuh kepiluan.

Tak hanya di Sumenep, bahkan belakangan di beberapa daerah juga minim akan siswa.

Padahal semua usaha sudah dilakukan.

Sudah tawarkan seragam hingga antar jemput gratis, sekolah ini tetap sepi karena tak dapat murid baru.

Sekolah yang dimaksud adalah SDN 1 Patalan di Desa Patalan, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Jalanan menuju sekolah lengang, Senin (14/7/2025).

Padahal ini adalah hari pertama pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Namun, tak ada orang tua yang mengantarkan anaknya.

Ruang kelas 1 yang biasanya jadi pusat keriuhan di hari pertama sekolah, kini hanya menyimpan diam. 

Fasilitas meja dan kursi, di ruang kelas 1 itu, ditumpuk rapi.

Debu halus menyelimuti permukaan meja dan kursi.

Di dalam ruangan itu, Dhian Mayasari, Kepala Sekolah SDN 1 Patalan, berdiri sendiri di samping meja guru.

Dengan tangan telanjang, ia mengusap debu dari meja. Gerakannya pelan, membersihkan debu-debu halus yang ada di meja.

Namun, sesekali matanya juga tak lepas dari kursi-kursi yang ditumpuk di atas meja, dan berdebu. 

Baca juga: Jadi Satu-satunya Murid SDN Baru, Shofi Langsung Diajar Kepala Sekolah, 1 Sekolah Cuma Isi 24 Siswa

Ruang kelas itu sepi, sunyi.

Tak ada anak yang datang. Bukan karena siswa-siswi izin tak masuk sekolah, melainkan di tahun ajaran baru ini, SDN 1 Patalan tidak mendapatkan murid baru.

"Biasanya di hari pertama MPLS, itu di ruang kelas 1 ini, kegiatannya perkenalan antara murid dan guru-guru, fasilitas sekolah, sarana-sarana."

"Tapi karena tahun ajaran baru ini kami nggak mendapatkan murid baru, ya ini ruang kelas 1 jadi sepi," jelasnya sedih, saat ditemui, Senin (14/7/2025).

Kendati demikian, dalam masa MPLS, ada kegiatan untuk siswa-siswi kelas 2 sampai kelas 6.

"Kalau untuk kelas 2 sampai dengan kelas 6, kegiatannya itu perkenalan dengan wali kelas, terus pembagian jadwal piket, membuat kesepakatan kelas, terus menyampaikan jadwal pelajaran," terangnya.

Baca juga: Wali Murid Ikut Berbaris dengan Anak di Hari Pertama Sekolah, Terbawa Suasana, Guru: Biarkan Mandiri

Dhian menyampaikan baru tahun ajaran ini, SDN 1 Patalan, tidak mendapatkan siswa baru. 

Tahun ajaran sebelumnya selalu mendapatkan siswa. Hanya saja, jumlah siswa terus menurun drastis, di setiap tahunnya.

"Sebetulnya memang di sekolahan kami ini, mengalami penurunan untuk jumlah siswa yang kami dapatkan setiap tahunnya."

"Misalnya kelas 1 yang saat ini naik kelas 2 itu berjumlah 4 siswa. Kelas 2 yang naik kelas 3 jumlahnya 6 siswa gitu. Jadi setiap tahun memang ada penurunan. Dan jumlahnya itu kurang dari 10 siswa setiap kelas," terangnya.

Dhian menduga penyebab penurunan jumlah siswa di SDN 1 Patalan, lantaran lokasi geografis yang kurang strategis.

"Penyebabnya mungkin karena letak geografi sekolah kami kurang menguntungkan. Atau mungkin program KB dari pemerintah berhasil atau gimana ya, kurang tahu juga," tuturnya.


Sebenarnya, Dhian dan guru-guru lain di SDN 1 Patalan tak tinggal diam, untuk mendapatkan siswa baru.

Bahkan, selain sosialisasi, Dhian sempat menawarkan ke orang tua siswa, yang mau menyekolahkan anaknya di SDN 1 Patalan, akan diberikan berbagai fasilitas menarik.

"Kalau upaya, kita sudah sosialisasi ke masyarakat juga. Kalau misalkan kemarin ada yang mau mendaftarkan putra-putrinya untuk sekolah di sini, akan mendapatkan fasilitas seragam gratis semuanya."

"Kemudian mendapat alat sekolah juga gratis, ada fasilitas antarjemput juga, tapi kembali ke hak masing-masing orang tua," paparnya.


Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Blora, Sunaryo, mengatakan, dengan nihilnya murid baru, SDN 1 Patalan berpotensi diregroup dengan SDN 2 Patalan.

"Kalau SD Negeri 1 Patalan ini, kemungkinan kita regroup dengan SD Negeri 2 patalan. Karena lokasinya masih berdekatan," terangnya.

Kendati demikian, Sunaryo saat ini masih menunggu laporan dari koordinator wilayah (korwil) yang diminta mengusulkan sekolah-sekolah yang berpotensi diregroup

Berita Terkini