Hasil penjualan kemudian dipotong untuk ongkos produksi berikutnya.
Sisanya akan dibagi kepada warga binaan yang terlibat produksi sebagai uang premi.
"Satu orang bisa mendapatkan Rp 300.000 sampai Rp 500.000. Semua langsung masuk ke rekening mereka,” ungkap Maruf.
Uang premi ini akan menjadi tabungan warga binaan dan akan jadi bekal saat mereka bebas.
Namun jika keluarga butuh uang, uang di rekening ini juga bisa ditransfer lewat layanan perbankan yang bekerja sama dengan Lapas Tulungagung.
Uang premi memang tidak diwujudkan dalam bentuk tunai, karena Lapas Tulungagung menekankan transaksi cashless untuk warga binaan.
“Produk kami sudah diakui kualitasnya. Ini bukan sekadar inovasi, tetapi juga pemberdayaan ekonomi bagi warga binaan,” tegas Maruf.
Pembuatan matras sapi ini dinilai punya nilai strategis karena mengolah produk limbah kelapa.
Proses pembuatannya sederhana namun punya nilai jual yang kompetitif.
Produk dari sabut kelapa ini juga mengurangi ketergantungan pada matras dari bahan sintetis.
“Secara tidak langsung produk ini juga membantu meningkatkan kualitas lingkungan dengan memanfaatkan limbah organik yang terbarukan,” pungkasnya.