Siswa SMK di Ngawi Diduga Keracunan MBG
Puluhan Siswa SMKN 1 Sine Ngawi yang Diduga Keracunan MBG masih Dirawat di Puskesmas
Puluhan siswa SMKN 1 Sine Ngawi yang diduga alami keracunan menu MBG masih dirawat di puskesmas, 1 orang diperbolehkan pulang.
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Dwi Prastika
Poin Penting:
- Siswa-siswi SMKN 1 Sine Ngawi yang diduga mengalami keracunan mendapatkan perawatan di Puskesmas Sine dan Puskesmas Ngrambe.
- Jumlah pasien yang dirawat di Puskesmas Sine mencapai 35 orang.
- Dokter Puskesmas Ngrambe, Dokter Andi, mengatakan, dari 19 siswa yang masuk, satu di antaranya sudah pulang.
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Febrianto Ramadani
TRIBUNJATIM.COM, NGAWI - Tenaga kesehatan di dua puskesmas di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, bekerja keras menangani para siswa-siswi SMKN 1 Sine Ngawi yang mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, hingga sakit perut, setelah diduga menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
Dua puskesmas itu antara lain Puskesmas Sine dan Puskesmas Ngrambe.
Jumlah pasien yang dirawat di Puskesmas Sine mencapai 35 orang.
Dokter Puskesmas Ngrambe, Dokter Andi, mengatakan, dari 19 siswa yang masuk, satu di antaranya sudah pulang.
Sehingga tersisa 18 orang yang masih dirawat.
“Kondisinya semakin membaik. Insyaallah bisa segera pulang,” ujar Andi, Rabu (1/10/2025).
Dirinya juga memastikan seluruh pasien masih bisa ditangani di fasilitas kesehatan setempat.
“Sejauh ini belum ada yang dirujuk ke rumah sakit. Mudah-mudahan memang tidak perlu,” ujar Dokter Andi.
Kepala Puskesmas Ngrambe, Mudo Trimaryogi, menjelaskan, para siswa-siswi mulai merasakan gejala keracunan tidak lama setelah mengikuti upacara di sekolah.
“Rata-rata keluhan awalnya mual, pusing, hingga sakit perut. Bahkan ada yang sempat pulang, tapi kemudian gejalanya muncul lagi dan akhirnya kembali ke puskesmas,” jelasnya.
Kendati demikian, pihaknya belum bisa memastikan gangguan dari kesehatan massal tersebut.
Baca juga: Puluhan Siswa di Ngawi Diduga Keracunan MBG, Polisi Kirim Sampel Makanan ke Labfor
“Kalau dibilang keracunan, kami belum bisa, karena perlu pemeriksaan penunjang. Informasinya, makanan dikonsumsi sejak Selasa (30/9/2025) kemarin,” pungkasnya.
Sebelumnya, kegiatan belajar mengajar seketika berubah menjadi insiden menegangkan, Rabu (1/10/2025) pagi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.