Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

PWNU Jatim Telusuri Jejak Laksamana Cheng Ho hingga Belajar Pengelolaan Sungai di Negeri Tirai Bambu

Delegasi PWNU Jatim menelusuri jejak Laksamana Cheng Ho di Masjid Jinggue hingga belajar pengelolaan sungai di Negeri Tirai Bambu Tiongkok.

Editor: Dwi Prastika
Istimewa
JEJAK SEJARAH - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur mengunjungi Masjid Jinggue di Jalan Shengzhou, Kota Nanjing, Tiongkok. Kedatangan mereka adalah untuk menelusuri jejak sejarah Laksamana Cheng Ho, Kamis (30/10/2025). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur mengunjungi Masjid Jinggue di Jalan Shengzhou, Kota Nanjing, Tiongkok.

Masjid Jinggue merupakan masjid tertua di Kota Nanjing, karena berdiri sejak zaman Kerajaan Ming, penanda posisi umat Islam di Kota Nanjing pada waktu itu.

Delegasi PWNU Jatim itu adalah Wakil Rais Syuriah, KHA Matin Djawahir, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim, KH Kikin Abdul Hakim, Wakil Ketua PWNU Jatim, Prof Suparto Wijoyo (Pascasarjana Unair Surabaya), dan Wakil Ketua PWNU Jatim, Prof Maskuri Bakri (Unisma Malang).

Kedatangan mereka adalah untuk menelusuri jejak sejarah Laksamana Cheng Ho.

Bagi masyarakat muslim Indonesia, nama Laksamana Cheng Ho atau Zheng He sudah tidak asing lagi.

Dia adalah seorang pejabat Dinasti Ming yang terkenal melakukan ekspedisi dagang hingga ke Bumi Nusantara.

Perjalanan Laksamana Cheng Ho berawal dari Kota Nanjing yang pada waktu itu adalah Ibu Kota Kerajaan Ming di Tiongkok, sehingga kini di sana ada masjid bersejarah yaitu Masjid Jinggue.

Kunjungan PWNU Jatim disambut hangat oleh Ketua Asosiasi Islam Nanjing, Dai, dan imam Masjid Jinggue, Abdurrahman, beserta pengurus.

Pada kesempatan itu, delegasi PWNU Jatim dengan pengurus Masjid Jinggue mendiskusikan masalah kebangsaan dan kerukunan beragama yang ada di Tiongkok bahwa Tiongkok mengakomodasi dan melindungi semua warga negaranya.

"Negara kami mengakui dan menjamin hak-hak semua umat beragama yang ada di Tiongkok, termasuk Islam dan bahkan yang atheis sekalipun, semua mendapatkan perlakuan yang sama tanpa terkecuali," ujar Abdurrahman, sebagaimana dikutip Prof Dr H Suparto Wijoyo, dalam keterangannya, Kamis (30/10/2025).

Baca juga: Silaturahmi ke Masjid di Lanzhou, PWNU Jatim Siap Fasilitasi Pertukaran Santri Indonesia-Tiongkok

Merespons hal itu, KH Kikin Abdul Hakim menjelaskan, semua manusia di muka Bumi adalah saudara, terlebih lagi sesama umat Islam di manapun berada, karena itu wajib bersikap dan bertutur dengan baik terhadap saudara. 

Hal yang sama juga ditegaskan Prof Suparto bahwa Indonesia tanpa terkecuali juga telah mengakomodasi semua hak dan kewajiban dari umat beragama seluruh warga negara Indonesia.

Delegasi PWNU Jatim melihat geliat dan semangat umat muslim di Tiongkok, khususnya di Kota Nanjing, juga menjadi bukti bahwa konsep unity in diversity, bersatu dalam perbedaan telah diaplikasikan dengan baik.

Perbedaan agama bukanlah menjadi alasan untuk memecah belah bangsa, namun justru melalui perbedaan itulah yang akan melekatkan semangat kebangsaan untuk saling tolong menolong dan berkarya demi kemajuan bangsa dan negara.

Melalui kunjungan ini, PWNU Jatim optimistis Indonesia ke depannya akan menjadi negara maju yang unggul di kawasan Asia dengan berbekal semangat moderasi dan toleransi sebagai fondasi utama pembangunan bangsa.

Selain menelusuri jejak sejarah Laksamana Cheng Ho, delegasi PWNU Jatim juga belajar pengelolaan sungai dari Tiongkok.

Ada dua sungai yang terkenal di Tiongkok, yaitu Sungai Kuning dan Sungai Yangtze.

Kedua sungai tersebut dianggap sebagai pembuluh darah bagi peradaban Tiongkok sejak zaman dahulu kala.

"Air Sungai Kuning jernih lahirnya orang suci" adalah ungkapan betapa pentingnya kejernihan sungai demi kelangsungan anak cucu di generasi yang akan datang.

Delegasi PWNU Jatim yang mengunjungi Kota Lanzhou dan Kota Nanjing, yang dilintasi Sungai Kuning dan Sungai Yangtze, juga melihat pengelolaan sungai yang jernih, yang dalam hal ini pemerintah menaruh perhatian serius terhadap masalah lingkungan yaitu sungai.

Melalui tata kelola yang baik yang memfokuskan pada kebersihan sungai, masyarakat yang tinggal di wilayah yang dialiri Sungai Kuning dan Sungai Yangtze merasakan manfaat yang maksimal, mulai dari kebersihan dan pemandangan yang elok, sistem pengairan yang baik hingga terlepas dari ancaman bencana banjir.

"Yang membuat kami kagum adalah tidak hanya wilayah sungai saja, bahkan pohon-pohon tua pun mendapat perhatian serius dari pemerintah, di mana pohon-pohon yang sudah tua diberi semacam sertifikat yang disematkan, selain pohon dilakukan perawatan yang tersistematis, juga bagi masyarakat yang merusak pohon akan mendapatkan sanksi dari negara," kata Prof Suparto.

Tiongkok dinilai sudah selangkah lebih maju dalam menjaga ekosistem dan kelangsungan lingkungan hidup melalui instrumen hukum yang tepat.

KH Kikin Abdul Hakim menilai, pemuliaan lingkungan hidup juga merupakan kewajiban seluruh umat manusia, khususnya Islam selaku khalifatullah fil ardh atau khalifah di muka Bumi.

Melalui kunjungan kali ini, diharapkan dapat menumbuhkan semangat pemuliaan lingkungan hidup bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk bergotong royong demi menjaga kemuliaan lingkungan supaya bermasalahat bagi anak cucu di generasi mendatang.

Selama lawatan/muhibah di Tiongkok sejak 27 Oktober 2025 hingga 30 Oktober 2025, PWNU Jatim menilai Islam di Tiongkok mirip di Indonesia, karena adanya moderasi beragama, termasuk saat bertemu jajaran Pengurus Islamic Association of Gansu Province, Hajjah Ma Aisyah; Imam Besar Masjid Xi Guan H Umar Mukhtar; dan Li dari Kementerian Kerukunan Beragama Tiongkok.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved