Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Keluhan Karyawan SPPG di Kediri

Polemik Sistem Kerja SPPG di Kediri Viral di TikTok, Karyawan Keluhkan Jam Kerja dan SOP Tak Sesuai

Masalah mengenai sistem kerja di salah satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Kediri viral di TikTok dengan narasi

Penulis: Isya Anshori | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/ISYA ANSHORI
DAPUR SPPG - Suasana dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG)berlokasi di Desa Rembangkepuh Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.  

Poin penting:

  • Lokasi dan Cakupan: Dapur SPPG yang bermasalah berlokasi di Desa Rembangkepuh, Kecamatan Ngadiluwih, dan memasok sekitar 2.850 porsi makanan harian ke lima sekolah.
  • Keluhan Karyawan:

      - Jam Kerja Molor: Karyawan mengeluhkan jam kerja yang tidak sesuai perjanjian. Meskipun seharusnya 8 jam, kenyataannya bisa molor 2-3 jam tanpa perhitungan yang jelas.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Masalah mengenai sistem kerja di salah satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Kediri viral di TikTok dengan narasi yang menyinggung suasana kerja di lokasi tersebut.

Video berdurasi 17 detik yang beredar menyebut adanya praktik kerja yang dinilai otoriter dan membuat sejumlah karyawan merasa kecewa hingga memilih keluar.

Dari sumber yang dihimpun, diketahui SPPG dalam video tersebut berlokasi di Desa Rembangkepuh Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.

Dapur ini memasok sekitar 2.850 porsi makanan setiap harinya ke lima sekolah. Meski terbilang baru beroperasi sejak pertengahan September 2025, dapur ini telah mempekerjakan sekitar 47 orang karyawan.

Baca juga: Mas Dhito: MPP Kabupaten Kediri Jadi Gebrakan Baru dalam Reformasi Pelayanan Publik di Bumi Panjalu

Dari keterangan sumber yang enggan disebutkan identitasnya, ia membenarkan adanya video viral terkait sistem kerja

Dia menyebut latar belakang pemilik usaha SPPG di Kediri ersebut sebelumnya bukan dari dunia kuliner, melainkan pengusaha counter pulsa.

Sumber ini mengungkapkan adanya ketidaksesuaian antara perjanjian awal dengan praktik di lapangan. Ia menilai jam kerja kerap molor di luar ketentuan.

"Seharusnya 8 jam kerja, tapi kenyataannya ada tambahan waktu yang tidak jelas hitungannya. Misalnya jadwal kerja dari jam 12 malam sampai 8 pagi, tapi setelah itu masih disuruh bersih-bersih, bahkan dilakukan di sela-sela masak. Molor bisa sampai 2-3 jam," ucap sumber yang bekerja di dapur tersebut, Rabu (24/9/2025).

Selain masalah jam kerja, sejumlah pekerja juga mengeluhkan pola komunikasi yang dinilai kurang baik. Kritik kerap disampaikan mendadak tanpa koordinasi, meski sebelumnya sudah tertata dan baik .

"Di hari pertama justru sempat dipuji dari salah satu sekolah karena makanannya enak, tapi setelah dua hari langsung muncul kritik. Katanya masakan kurang, bahkan sempat ada wacana diganti pekerja lain. Rasanya serba salah," ungkap sumber ini. 

Narasumber lain menambahkan bahwa gaji yang dijanjikan terbilang cukup, yaitu Rp 150 ribu per 8 jam sistem dengan pembayaran tidak langsung diterima harian, melainkan setiap 10 hingga 14 hari sekali. 

"Saya belum sempat menerima gaji karena sudah terlanjur keluar duluan. Jadi saya tidak tahu pasti, hanya dijanjikan segitu," jelasnya.

Baca juga: Persijap Jepara vs Persik Kediri, Macan Putih Kebobolan Lewat Bola Mati, Ong Kim Swee Evaluasi

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved