Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Rahmad Ayah Siswa Korban Keracunan MBG Trauma, Sebut Program Seperti Racun: Mending Bekal dari Rumah

Ayah siswa korban keracunan MBG belakangan mengungkapkan rasa trauma setelah menghadapi anaknya yang sakit karena makanan.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Tribunnews.com
KERACUNAN MBG - Ilustrasi berita keracunan MBG yang memakan korban hingga 400 siswa. Seorang ayah dari korban mengungkapkan keresahan hatinya. 

TRIBUNJATIM.COM - Rahmadianto (37), seorang ayah yang jadi korban keracunan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) meluapkan amarahnya.

Ayah dari salah satu anak korban keracunan massal usai mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) itu merasa sangat kecewa.

Ke depannya bahkan ayah dari QA enggan memberikan anaknya makan dari MBG melainkan bawa bekal sendiri.

Anaknya, QA (8), yang duduk di bangku kelas II SDN 25 Sukabumi, mengeluh sakit perut, pusing, mual, hingga muntah-muntah. Kondisi tersebut membuatnya harus mendapatkan penanganan medis.

"Awalnya saya beri air kelapa dan susu untuk menetralisir racunnya, kemudian dia menerangkan perutnya sangat sakit, kepala pusing, mual, dan muntah sehingga saya bawa dia ke puskesmas," ungkap Rahmad.

Mending bekal dari rumah

Dalam wawancara eksklusif bersama TribunBengkulu.com seperti dikutip TribunJatim.com, Selasa (2/9/2025), Rahmadianto yang akrab disapa Rahmad, meluapkan kesedihan dan amarahnya. Ia juga meminta penjelasan dari pihak terkait.

"Tolong klarifikasinya dan tindak lanjutnya bagaimana jaminan kesehatan anak kami ke depannya setelah mengonsumsi ini," ucap Rahmad.

Rahmad mengaku kecewa dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya baik bagi anak-anak.

"Saya panik sekaligus kecewa, bagaimana bisa MBG ini mengandung sesuatu yang tidak baik seperti racun," jelas Rahmad.

Ia bersama keluarganya sepakat tidak lagi mempercayai program MBG dan memilih memberikan anaknya bekal dari rumah.

Baca juga: Pemkot Rugi hingga Rp 13,8 Miliar, Wali Kota Terjun Langsung Ikut Warga Bersih-bersih usai Demo

"Saya lebih memilih bekal dari rumah, karena kami lebih percaya bekal dari rumah lebih baik daripada MBG," ujar Rahmad.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa anaknya mengalami trauma dan ketakutan akibat makanan tersebut.

"Jelas trauma dan takut, dia tidak mau makan lagi dari MBG itu," beber Rahmad.

Rahmad berharap pemerintah dapat mengkaji ulang dan meninjau kembali program MBG.

"Besar harapan kami untuk pemerintah daerah tolong ditinjau kembali terkait MBG ini, karena warga juga sudah kecewa dan tidak menginginkan lagi. Kalau bisa, tolong perbaiki atau diganti, jangan makanan bergizi," harap Rahmad.

Ia juga mengimbau orang tua lainnya untuk tetap waspada.

"Ya untuk orang tua lain, mari kita sama-sama waspada dan jaga kesehatan anak-anak kita. Setidaknya kita juga harus melihat dan mengikuti proses MBG ini," imbau Rahmad.

Baca juga: Aksi Netizen Luar Negeri Bantu Driver Ojol Indonesia Jadi Sorotan, dari Austria Ikut Kirim Makanan

Penyebab keracunan

Penyebab keracunan massal yang menimpa ratusan siswa dan guru di Kabupaten Lebong mulai terkuak.

Loka Pengawas Obat dan Makanan (Loka POM) Rejang Lebong kini membeberkan hasil temuan sementara.

Seperti diketahui, ratusan siswa dan guru di Kabupaten Lebong diduga mengalami keracunan massal setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (27/8/2025) siang.

Kepala Loka POM Rejang Lebong, Pupa Feshirawan, menyampaikan bahwa dari hasil peninjauan awal di lokasi produksi makanan, ditemukan adanya indikasi kontaminasi silang antar bahan baku.

Selain itu, terdapat sejumlah temuan di dapur MBG, khususnya terkait area sterilisasi dan kebersihan.

MASALAH MBG - Foto ilustrasi. Menu perdana Makan Bergizi Gratis (PMG) di Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Palmerah, Jakarta, terdiri dari tumis kacang panjang, semur ayam, tahu goreng tepung, nasi, dan jeruk, Senin (6/1/2025).
MASALAH MBG - Foto ilustrasi. Menu perdana Makan Bergizi Gratis (PMG) di Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Palmerah, Jakarta, terdiri dari tumis kacang panjang, semur ayam, tahu goreng tepung, nasi, dan jeruk, Senin (6/1/2025). (Kompas.com/ Suci Wulandari Putri)

“Dari hasil pengecekan langsung, memang ada indikasi terjadinya kontaminasi silang dari bahan baku yang masuk. Beberapa temuannya ada di ruangan khusus produksi makanan yang seharusnya steril, tetapi kondisinya terbuka dan kurang bersih,” ungkap Pupa.

Ia juga menegaskan bahwa bahan baku utama makanan dinyatakan negatif mengandung boraks.

Namun, sampel sisa makanan yang sempat dikonsumsi siswa dan guru masih dalam tahap pengujian laboratorium.

Hasil uji laboratorium terhadap sampel tersebut baru dapat diketahui dalam beberapa hari ke depan.

“Hingga saat ini penyebab pastinya belum bisa dipastikan, karena uji laboratorium masih berlangsung. Itu perlu beberapa hari memang untuk mengetahui hasilnya,” tambahnya.

Berdasarkan informasi awal yang dihimpun, beberapa siswa mengeluhkan cita rasa makanan yang dianggap tidak wajar.

Bakso yang disajikan terasa pahit, mi terasa lembek dan asam, sementara sayuran sudah seperti basi dan berlendir.

Sebagai informasi, dapur MBG yang kini menjadi sorotan baru mulai beroperasi sejak 7 Agustus 2025 lalu, setelah diresmikan secara resmi.

Untuk diketahui, menu MBG yang dibagikan saat itu terdiri dari satu buah jeruk, mie tepung, empat pentol bakso, tahu goreng, serta sayur tumis jagung.

Makanan tersebut diketahui dimasak pada malam sebelumnya di dapur MBG Desa Lemeupit, Kecamatan Lebong Sakti, kemudian dibagikan kepada siswa pada siang harinya.

Tak lama setelah menyantap makanan itu, para siswa mulai jatuh sakit secara bersamaan. Siswa TK hingga SD langsung menunjukkan gejala keracunan, sedangkan siswa SMP dan guru mulai merasakan gejala sejak sore harinya.

Ada pula sejumlah siswa yang tidak mengalami keracunan. Mereka memilih tidak memakan makanan tersebut karena tercium bau yang aneh.

Hingga saat ini, pihak dapur MBG maupun SPPG belum dapat dimintai keterangan. Informasi yang diperoleh menyebutkan ketua dapur MBG sudah diamankan Polres Lebong untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lebong, Fakhrurrozi, menegaskan pelaksanaan MBG tidak pernah melalui koordinasi dengan Disdikbud maupun Pemerintah Kabupaten Lebong.

Bahkan, pihaknya tidak mengetahui jadwal pembagian makanan MBG di sekolah-sekolah, termasuk menu yang akan dibagikan.

"Iya, tidak pernah dikoordinasikan dengan pihak Disdikbud. Kami bahkan tidak tahu ada jadwal pembagian MBG ke sekolah-sekolah, termasuk menunya juga," ujar Fakhrurrozi.

Sampel Diuji Laboratorium

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebong, Rachman, mengatakan pihaknya telah menurunkan tim khusus untuk menyelidiki penyebab keracunan tersebut.

Semua sampel makanan dari dapur MBG telah diamankan dan kini tengah diperiksa di laboratorium.

“Sudah, sampel telah kita ambil. Sekarang masih diperiksa di laboratorium,” ungkap Rachman kepada TribunBengkulu.com.

Ia menjelaskan, berdasarkan diagnosa sementara, para siswa mengalami intoksikasi makanan atau keracunan makanan.

Meski demikian, untuk memastikan penyebab pastinya, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium.

“Apakah karena sudah basi atau tidak higienis atau seperti apa. Kita tunggu hasil labnya dulu, nanti baru bisa kita ketahui penyebab keracunannya,” tambah Rachman.

Sementara itu, salah satu orangtua siswa yang enggan disebutkan namanya mengaku sempat curiga dengan makanan yang dibagikan hari ini.

Ia menyebut aroma hidangan tersebut terasa tidak sedap. Beruntung, anaknya tidak sempat memakannya karena mencium bau yang kurang enak.

“Anak saya untungnya tidak makan tadi, katanya memang agak aneh baunya. Itu teman-temannya keracunan semua yang makan tadi,” jelasnya.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved