Berita Viral
Kisah Luqman Kuli Bangunan sempat Dicibir Buka Lapak Baca Buku Gratis: Wawasanmu Kan Kurang?
Seluruh operasional lapak berasal dari dana pribadi Luqman hasil kerja sebagai kuli bangunan.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Lapak baca buku gratis yang berlokasi di kawasan car free day di Jalan Yos Soedarso, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (14/9/2025) pagi, terlihat cukup sepi.
Lapak baca yang digelar oleh komunitas 'Baca Bareng' tersebut menyediakan buku dari berbagai genre, fiksi dan nonfiksi, novel, hingga pengembangan diri.
Para pengunjung bebas membaca buku apa saja, tetapi hanya boleh dibaca di tempat.
Baca juga: Gegara Tanya Soal BPJS Ketenagakerjaan, Suryadi yang Sudah 13 Tahun Bekerja Malah Kena PHK
Tampak dua anak kecil berbaju merah dan biru terlihat semringah membolak-balikkan halaman buku.
Suasana pada Minggu pagi tersebut terlihat cukup sepi.
Hanya ada beberapa anak yang didampingi orang tuanya.
Biasanya, sejumlah remaja dan dewasa memadati lapak buku tersebut.
Ada yang duduk santai sambil menikmati bacaan, atau juga yang berdiskusi.
Lantaran terletak di dekat taman bermain anak, pihak lapak baca juga menyediakan buku-buku mewarnai lengkap dengan set krayon.
Beberapa balita didampingi sang ibu terlihat mewarnai buku-buku gambar yang disediakan.
Inisiator gerakan literasi sekaligus penjaga lapak, Luqman, terlihat bercengkrama dengan seorang pengunjung.
Pembawaan Luqman supel, penampilan sederhana, dan senang berdiskusi.
Siapa sangka, Luqman merupakan pekerja bangunan atau kuli.
Pria dengan nama lengkap Muhammad Luqman ini mengatakan, dia bersama dengan teman-temannya satu komunitas membuka lapak buku setiap minggu di lokasi tersebut sejak awal Juli 2025 lalu.
Gerakan ini berasal dari niat mulia untuk membumikan literasi.
"Buku di rumah ada, tetapi sejak gabung komunitas jadi pengin buka lapak buku, akhirnya inisiatif beli banyak buku murah di toko daring. Ngelapak itu pengin berbagi pemahaman (literasi)," ujar Luqman saat berbincang dengan Kompas.com.
Menurut berbagai referensi yang dia baca, jika bacaan tidak dielaborasi atau diobrolkan dengan orang lain, maka pemahaman di otak tidak akan bertahan lama.
"Selain itu juga membantu saya untuk belajar komunikasi dengan orang."
"Karena wawasan yang luas mempermudah kita mengobrol banyak hal dengan orang," ujar pria berusia 39 tahun ini.
Dia sengaja meluangkan waktu setiap hari Minggu untuk membuka lapak baca.
Seluruh operasional lapak berasal dari dana pribadi Luqman hasil kerja sebagai kuli bangunan.
"Pembiayaan mandiri saja sih. Awalnya memang berat, tetapi syukurnya buku di bazar online itu murah, jadi bisa beli banyak untuk mengisi lapak," ucapnya.
Baca juga: Imbas Injak Murid & Bawa ke Tukang Urut, Guru SMAN Kini Dinonaktifkan setelah Digeruduk Wali Murid
Adapun tantangan dihadapi Luqman bukan soal biaya, tapi pengusiran oleh oknum tertentu.
Ketika lapak buku tersebut baru berjalan satu bulan, mereka sempat diusir.
"Awalnya di dekat Hotel Dandang Tingang, akhirnya disuruh pindah ke tempat lain, seperti sekarang, di depan TVRI."
"Saya khawatir hal seperti ini terjadi lagi," ujar pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur ini.
Dorongan terbesar Luqman membuka lapak buku tak lain untuk berbagi pengetahuan.
Dia tak khawatir mengeluarkan uang demi berbagi bacaan.
Meski begitu, dia sempat dicibir oleh temannya sesama pekerja serabutan lantaran punya niat terlalu tinggi.
"Ada temanku dari Jakarta, orangnya belagu banget. Dia bilang 'Man, lu kan orang cuci tandon, terus gelar buku di situ, apa enggak menyimpang?'. Itu waktu bulan kedua saya gelar lapak buku," curhat Luqman.
Temannya tersebut kemudian menilai Luqman punya pengetahuan yang tak terlalu banyak, tetapi nekat menggelar lapak buku, sehingga temannya menyebut Luqman anomali.
"Dia kemudian nanya, 'lu enggak khawatir ketika ditanya orang-orang, sementara wawasan lu kan kurang?'. Lalu saya jawab begini, 'justru itu kan sama-sama belajar'," tuturnya.
Dia kemudian meluruskan cara berpikir temannya agar tidak anti dengan hal-hal yang berbau pengetahuan.
Sebab menurut Luqman, pengetahuanlah yang bisa mengeluarkan orang dari kebodohan.
"Aku jelaskan ke dia, misalnya aku tukang becak, sementara ada orang parlemen, sah-sah saja bagiku membicarakan politik, karena itu berpengaruh besar bagi hajat hidup orang banyak."
"Jangan hanya karena kita tukang becak, jadi membatasi diri karena merasa tidak mampu membicarakan itu, padahal kan kita harus kritis apapun profesi kita," tutur pria kelahiran 10 September 1986 ini.
Baca juga: Tak Tahu Karyawannya Wisata ke Bromo hingga Kecelakaan, Dirut RSBS: Rumah Sakit Tidak Tahu
Literasi juga membuat antusiasme siswa-siswi SD untuk bersekolah tetap tinggi meski berada di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia.
Mereka adalah murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 004 Sungai Limau, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara,
Sebagian besar menempuh perjalanan sekitar dua kilometer untuk sampai ke sekolah.
Pantauan Kompas.com pada Senin (11/8/2025) pagi, para siswa sudah hadir sebelum upacara bendera dimulai pukul 07.00 WITA.
"Walau anak-anak kami tinggal di daerah perbatasan, namun mereka memiliki impian yang tidak terbatas," ujar Kepala SDN 004 Sungai Limau, Sittiara Razak (55).
Salah satu siswa, Amirun (12), kelas 5 SD, setiap hari diantar orang tuanya pukul 06.00 sebelum mereka berangkat bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia.
Demi tepat waktu, Amirun bangun pukul 04.00 WITA.
"Aku setiap hari diantar jam 06.00, bangunnya jam 04.00 supaya tidak telat. Setelah itu orang tuaku bekerja tapak kelapa," kata Amirun.
Ia bercita-cita menjadi polisi agar bisa membanggakan orang tua.
Namun, terkadang Amirun terpaksa absen ketika jembatan menuju sekolah tergenang banjir.
"Kadang tak masuk sekolah karena banjir sepaha, padahal aku sangat ingin ke sekolah," ujarnya.

Guru Agama Islam SDN 004, Ratna Wati mengatakan, awalnya sekolah tidak memberi izin bagi siswa yang absen.
Namun, setelah meninjau langsung kondisi lapangan, para guru memahami hambatan yang dihadapi.
"Jalannya tidak ada aspal. Kalau hujan licin, ada sungai-sungai yang jembatannya cuma kayu. Anak-anak bisa terpleset atau terbawa arus kalau memaksakan diri," katanya.
Sekolah kini memberi dispensasi bagi siswa yang terhambat cuaca.
Materi pelajaran tetap dikirimkan melalui WhatsApp ke orang tua agar anak-anak bisa belajar di rumah.
Sittiara menegaskan pentingnya literasi bagi siswa di perbatasan.
Ia pun menyambut baik donasi buku dari Kompas.com melalui program Jagat Literasi 'Ekspedisi Kata ke Nyata' yang digelar untuk memperingati ulang tahun ke-30.
"Literasi itu besar manfaatnya. Bukan sekadar membaca buku, tapi juga mengamati lingkungan dan mengutarakannya," ujar Sittiara.
Baca juga: Tuding SPBU Sudah Isi Pertamax Bercampur Air ke Motornya, Pelanggan Kini Dipolisikan Pengelola
Ia mengungkapkan, tahun ini rapor pendidikan di SDN 004 sudah hijau semua, baik literasi maupun numerasi.
Ratna menambahkan, literasi membantu anak-anak melihat dunia lebih luas.
"Bagi kami, literasi itu penting karena anak-anak bisa melihat dunia dari membaca," katanya.
Selain membaca, para siswa juga dilatih untuk menceritakan kembali isi bacaan dan tampil di muka umum.
"Apa yang mereka baca, mereka bisa sampaikan kembali, kebebasan berliterasi mereka sendiri," timpal Sittiara.
Nasib Guru Matematika Injak Murid Tidur Kini Dipolisikan, Wali Murid: Sampai Sekarang Sakit Punggung |
![]() |
---|
Gegara Tanya Soal BPJS Ketenagakerjaan, Suryadi yang Sudah 13 Tahun Bekerja Malah Kena PHK |
![]() |
---|
Siswi MTs Dikeluarkan dari Sekolah karena Bully Teman, Tak Terima Diadukan ke Guru saat Bolos Kelas |
![]() |
---|
Purbaya Sentil Rocky Gerung yang Sebut Jokowi 'Gak Ngapa-ngapain', Menkeu: Seneng Bisa Ngeledek Dia |
![]() |
---|
Alasan Bupati Majalengka Buat Aturan ASN Wajib Salat Subuh Akbar, Tukin Dipotong Jika Tak Hadir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.