Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Korban Konten 'Rp 10 Ribu di Tangan yang Istri Tepat', Suami Malah Mancing saat Anak Sesak Napas

Seorang dokter mengungkap korban konten 'uang Rp 10 ribu di tangan istri yang tepat' Diketahui, konten itu viral di media sosial TikTok

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TikTok Merliana8 dan ilustrasi uang 10 ribu dari pinterest via TribunTrends
DAMPAK KONTEN TIKTOK - Konten video soal 'uang Rp 10 ribu di tangan istri yang tepat' kini tengah viral di media sosial TikTok. Siapa sangka konten itu memakan korban di dunia nyata. 

"Suaminya langsung mengatakan 'kamu istri yang gak tepat'," ucap dokter Mariska.

"Itu ada di media sosial yaitu TikTok, katanya 10.000 bisa cukup semuanya," imbuhnya.

Mendengar jawaban sang suami, dokter Mariska langsung geleng-geleng kepala.

Ia lalu menasihati pembuatan konten 'uang Rp 10 ribu di tangan istri yang tepat' untuk lebih bijak dalam bermedia sosial.

Pasalnya konten tersebut dapat menginspirasi para suami untuk memberikan nafkah tak laik kepada istrinya.

Sejumlah netizen tampak sepakat dengan dokter Mariska.

"akibat kelakuan Hi nina, Merli ana, Heyyy, IstriMasEnzy tuh akun2 si istri paling tepat"

"Sudah kuduga pasti ada yg fyp ke suami model bgtu, kan kasian, masih lanjut branding 10k di istri yg tepat kah ? ( hi nina & merli anna ) "

"Makanya stop konten 10rb ditangan istri yg tepat.. mencuci otak suami pelit makin jd pelit"

"parah nih si hi nina, sama merli bikin mental perempuan down yang pertama, dan kedua bikin para suami jadi pelit"

Cara Cegah Dampak Negatif Konten

Menurut psikolog klinis Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., salah satu dampak negatif dari tren ini adalah suami menormalisasikan memberikan uang belanja yang sedikit kepada istri.

Istri juga bisa menormalisasikan menerima uang belanja yang sedikit. Keduanya bisa menormalisasikan bahwa uang Rp 10.000 cukup untuk memberi makan keluarga ke keturunannya.

Nah, bagaimana cara mencegah agar tren ini tidak dinormalisasi oleh masyarakat?

“Yang paling jelas dan yang bisa dilakukan adalah kampanye literasi keuangan,” kata psikolog yang berpraktik di RS DR Oen Solo Baru ini saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (1/10/2025).

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved