Ancaman Siber kian Masif di Kehidupan Modern, Ulang Tahun Diposting di Sosmed Bisa Berbahaya
Perangkat sehari-hari yang disebut endpoint kini menjadi target utama penyerang, jumlahnya ribuan dalam satu perusahaan, dan sulit dikontrol
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Samsul Arifin
Poin Penting :
- Teknologi digital semakin melekat pada kehidupan masyarakat modern saat ini
- Ancaman serangan siber semakin masif
- Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia bilang masyarakat harus lebih waspada terhadap perkembangan ancaman digital yang kian kompleks.
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sri Handi Lestarie
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Kehidupan masyarakat modern semakin lekat dengan teknologi digital. Hampir setiap aspek aktivitas, mulai dari komunikasi, belanja, transportasi, hingga layanan publik kini dijalankan secara daring.
Namun, di balik kenyamanan itu, ancaman serangan siber semakin nyata dan masif.
Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, menegaskan bahwa masyarakat harus lebih waspada terhadap perkembangan ancaman digital yang kian kompleks.
“Kalau dulu ancaman hanya menyerang jaringan atau data center, sekarang celahnya jauh lebih luas. Handphone, tablet, bahkan smartwatch bisa menjadi pintu masuk bagi kejahatan siber,” kata Edwin, saat ditemui di Surabaya, pekan lalu.
Menurut Edwin, perangkat sehari-hari yang disebut endpoint kini menjadi target utama penyerang.
Baca juga: 2 Mantan Kapolda Jatim : Kejahatan Siber Jadi Tantangan Polri Masa Kini dan Masa Depan
Jumlahnya ribuan dalam satu perusahaan, dan sulit dikontrol.
“Kalau komputer kantor masih bisa dipantau, tapi smartphone pribadi yang dipakai untuk kerja jauh lebih rentan. Karena itu, ancaman siber bukan hanya urusan perusahaan, melainkan juga setiap individu,” tambahnya.
Fortinet melihat perubahan signifikan dalam cara penjahat siber bekerja. Mereka tidak lagi menggunakan metode konvensional, tetapi memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat serangan.
“Dengan AI, penyerang bisa bekerja otomatis. Mereka bisa tidur, sementara sistem AI mereka terus mencari celah. Kalau kita bertahan tanpa AI, kita pasti kalah cepat,” jelas Edwin.
Fortinet sudah menanamkan AI generasi ke-6 dalam produk keamanannya.
Teknologi ini memungkinkan deteksi dini, rekomendasi mitigasi, hingga remediasi serangan secara real-time.
Baca juga: AMSI Jawa Timur Gelar Rakerwil 2025 di Surabaya, Bahas Kondisi Media Siber dan Tantangan ke Depan
“Bagi Fortinet, AI bukan barang baru. Kami sudah menggunakannya untuk membantu perusahaan menghadapi ancaman yang datang semakin cepat,” tambah Edwin.
Salah satu ancaman paling umum adalah phishing. Modusnya bisa berupa email palsu, pesan singkat, atau link di media sosial yang terlihat meyakinkan.
“Kebiasaan kita menekan tombol ‘yes’ atau ‘accept’ tanpa berpikir panjang adalah pintu masuk utama. Padahal satu klik bisa membuka jalan bagi malware yang merusak perangkat,” jelas Edwin.
Fenomena kebocoran data di Indonesia pun memperlihatkan betapa seriusnya situasi ini. Meski banyak kasus tidak terpublikasikan karena alasan budaya dan reputasi, hampir setiap hari Fortinet menerima laporan dari perusahaan yang terkena serangan ransomware.
“Berbeda dengan negara lain yang lebih transparan, di sini banyak kasus disembunyikan. Tapi jumlahnya sangat besar,” bebernya.
Fortinet tidak hanya menjual solusi teknologi, tetapi juga mendorong edukasi masyarakat. Melalui pelatihan daring gratis, masyarakat dapat belajar dasar-dasar keamanan siber. Bahkan Fortinet bekerja sama dengan universitas untuk mencetak lulusan yang siap bekerja di bidang keamanan digital.
“Edukasi adalah kunci. Tanpa SDM yang paham, teknologi secanggih apa pun tidak akan maksimal,” lanjut Edwin.
Selain edukasi, Edwin menekankan pentingnya budaya digital. Banyak orang masih menggunakan tanggal lahir sebagai password atau memakai satu kata sandi untuk semua akun.
“Kalau ulang tahun kita dipublikasikan di media sosial, penjahat bisa langsung menebak password. Hal-hal kecil seperti ini yang harus diubah,” ujarnya.
Backup data juga menjadi aspek penting yang sering diabaikan.
“Backup itu hukumnya wajib. Kalau kena ransomware, backup adalah penyelamat. Tapi banyak perusahaan hanya backup tanpa pernah menguji hasilnya. Begitu darurat, ternyata datanya korup. Ini fatal,” terang Edwin.
Selain perusahaan, masyarakat umum juga harus sadar bahwa serangan bisa berdampak pada layanan vital. Gangguan pada listrik, rumah sakit, atau bandara dapat mengacaukan kehidupan sehari-hari.
“Kalau PLN atau rumah sakit besar kena serangan, dampaknya bisa nasional. Karena itu perlindungan infrastruktur kritikal wajib jadi prioritas,” tambahnya.
Edwin menutup dengan pesan agar masyarakat tidak paranoid menghadapi teknologi.
“Takut boleh, khawatir boleh, tapi jangan paranoid. Yang penting kita terus belajar, saling berbagi pengalaman, dan bijak menggunakan teknologi. Kalau kita memanfaatkannya dengan benar, AI dan digitalisasi akan membawa banyak manfaat,” pungkasnya.
Dengan meningkatnya ancaman, Fortinet menekankan bahwa keamanan digital adalah tanggung jawab bersama.
Perusahaan, pemerintah, dan masyarakat harus berkolaborasi membangun ekosistem digital yang lebih sehat agar transformasi digital Indonesia tetap berjalan aman.
fortinet
ancaman siber
teknologi digital
ulang tahun
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
Tribun Jatim
Kades Ubah Sertifikat Tanah Desa Jadi Namanya untuk Bangun Gedung, Utang Rp 1,4 M Kini Gagal Bayar |
![]() |
---|
Ilham Akbar Kesulitan Ambil Balik Mobil BJ Habibie yang Belum Lunas Dicicil Ridwan Kamil |
![]() |
---|
Alasan Kepsek Tak Mau Tanda Tangani MoU MBG, Takut Soal Keracunan Massal: Bukan Menolak Program |
![]() |
---|
Pasar Murah di Gresik Diserbu Warga, Rosyidah Semringah: Mudah-mudahan sering Diadakan |
![]() |
---|
DPRD Pasuruan Pastikan akan Perjuangkan 3 Tuntutan yang Disuarakan Driver Online |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.