Bina Banyak Adik Asuh, Begini Cerita Pendamping CSR
Menjalankan program Campus Social Responbility (CSR) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Penulis: Ndaru Wijayanto | Editor: Januar
Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Menjalankan program Campus Social Responbility (CSR) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
CSR sebagai program yang berusaha menyelamatkan generasi muda untuk rajin bersekolah, ternyata cukup sukar untuk dilakukan.
Menurut seorang kakak pendamping CSR , ada berbagai masalah, dan kendala yang muncul untuk merubah sikap seseorang yang mengikuti program tersebut.
"Ada kasus, adek asuh yang putus sekolah dan lebih memilih untuk bekerja karena faktor dukungan keluarga yang lebih berharap anaknya untuk bekerja," jelas Sandra.
Meski menghadapi berbagai kendala, Sandra rupanya tidak ingin melepaskan tanggung jawabnya begitu saja.
"Karena saya tetap ingin, dan berusaha untuk terus fokus, agar CSR ini bisa mengedukasi anak asuh tetap bisa sekolah,"ujar Sandra.
Baca: Ini Persiapan yang Dilakukan Dispendik Jatim Jelang Pelaksanaan UNBK
Berbagai cara pun mereka lakukan.
Misalnya melakukan pendekatan kepada pihak keluarga, maupun melalui media sosial.
"Walaupun begitu kadang masih ada saja pihak keluarga yang tidak mendukung,"ujar Sandra.
Sebelumnya, CSR menggelar menggelar gathering sebagai perkenalan kepada adik asuh dan kakak pendamping dari CSR di Kebun Bibit Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (3/4/2017).
Acara tersebut dihadiri oleh ratusan adik asuh dari berbagai kecamatan, serta kakak pendamping yang berasal dari kalangan akademisi berbagai kampus di Surabaya, Jawa Timur.
